Menatap Langit Tinggalkan Semua Sakit

Menatap Langit Tinggakanlah Semua Sakit

Menatap Langit Tinggalkan Semua Sakit


Sebuah syair menuturkan: "Terkadang melalui cobaan, Allah memberikan kenikmatannya betapa pun besarnya cobaan tersebut. Namun terkadang melalui kenikmatan, Allah justru memberikan ujiannya terhadap kaum tertentu.."

Dalam As-Siyar (11/255) dikisahkan ketika cambukkan keempat menghantam tubuh Imam Ahmad bin Hanbal, beliau rahimahullah mengucapkan:

قُل لَّنْ يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا

Katakanlah, "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami.." [QS. At-Taubah: 51]

Abu Ja'far Muhammad bin Badina al-Maushili mengatakan:

أنشدني ابن أعين في أحمد بن حنبل: أضحى ابن حنبل محنة مأمونة

Ibnu A'yan bersenandung kepadaku tentang Ahmad bin Hanbal: "Ibnu Hanbal telah mengubah ujian menjadi ketentraman.." [Tarikh Dimasyq, 5/323]

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ

"Sungguh Kami sering melihat wajahmu (Muhammad) menengadah ke langit.." [QS. Al-Baqarah: 144]

Dari Ummu Salamah Radhiyallahu 'anha, beliau menceritakan:

ما خرج النبي صلى الله عليه وسلم من بيتي قط إلا رفع طرفه إلى السماء

"Setiap kali Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam keluar dari rumahku, beliau mengarahkan pandangannya ke langit.." [HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Abu Dawud no. 5094]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, beliau mengatakan:

أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا أهمه الأمر، رفع رأسه إلى السماء فقال: سبحان اللّه العظيم. وإذا اجتهد في الدعاء، قال: يا حيُّ يا قيومُ

"Apabila Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengalami kegundahan karena suatu hal, beliau memandang ke arah langit sambil berkata, 'Subhanallahil Azhim'. Namun apabila beliau bersungguh-sungguh sekali dalam doanya, beliau mengucapkan, 'Ya Hayyu Ya Qayyum'." [HR. At-Tirmidzi, Syaikh al-Albani mengatakan "Dha'if Jiddan" dalam adh-Dha'ifah no. 6345]

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

ومن علاجها : أن يعلم أن مرارة الدنيا هي بعينها حلاوة الآخرة ، يقلبها الله سبحانه كذلك ، وحلاوة الدنيا بعينها مرارة الآخرة ، ولأن ينتقل من مرارة منقطعة إلى حلاوة دائمة ، خير له من عكس ذلك

"Kiat untuk mengobati penyakit musibah adalah dengan menyadari bahwa kepahitan dunia itu sendiri adalah kemanisan untuk akhirat. Demikianlah Allah membolak-balikkan keduanya, kemanisan dunia justru akan menjadi kepahitan akhirat. Beralih dari kepahitan yang terbatas menuju kemanisan yang abadi itu lebih baik daripada kebalikannya.." [Zadul Ma'ad, 4/179]

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

حفت الجنة بالمكاره وحفت النار بالشهوات 

"Surga itu ditopang dengan hal-hal yang dibenci oleh nafsu, sementara Neraka itu ditopang dengan hal-hal yang disukai oleh syahwat.." [HR. Muslim]

Imam Ibnul Qayyim menjelaskan maksud hadits tersebut, beliau mengatakan:

وفي هذا المقام تفاوتت عقول الخلائق ، وظهرت حقائق الرجال فأكثرهم آثر الحلاوة المنقطعة على الحلاوة الدائمة التي لا تزول ، ولم يحتمل مرارة ساعة لحلاوة الأبد ، ولا ذل ساعة لعز الأبد ، ولا محنة ساعة لعافية الأبد ، فإن الحاضر عنده شهادة ، والمنتظر غيب ، والإيمان ضعيف ، وسلطان الشهوة حاكم ، فتولد من ذلك إيثار العاجلة ، ورفض الآخرة

"Untuk memahami konteks ini, akal manusia memang bertingkat-tingkat, dan demi memahaminya terkuaklah hakikat seorang manusia sejati. Kebanyakan orang lebih mendahulukan kenikmatan sementara daripada kebahagiaan abadi yang tak pernah terputus, sehingga mereka tidak mampu menahan kepahitan sejenak demi kenikmatan selamanya, menghinakan diri sebentar demi kemuliaan abadi, atau menahan cobaan sesaat demi keselamatan tak terbatas. Karena yang tampak oleh mata itulah yang ada menurut mereka, sementara yang akan datang hanyalah fatamorgana. Karena keimanan mereka sudah lemah dan syahwat sudah sedemikian menguasai diri mereka. Dari situlah lahir kecenderungan mendahulukan kehidupan dunia dan menolak kehidupan akhirat.." [Zadul Ma'ad, 4/179-180]

Jika kita mendapati suatu takdir yang tidak kita sukai, maka pahamilah bahwa Allah telah menakdirkan hal tersebut sejak 50.000 tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi, dan tugas kita adalah beriman kepada takdir yang baik maupun takdir yang buruk, serta meyakini dengan sepenuhnya bahwa Allah Azza wa jalla adalah Dzat yang Mahaadil dan tidak mungkin menzholimi hamba-hamba-Nya..

إِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.." [QS. Az-Zumar: 10]

Ya Rabb, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku ini termasuk orang-orang yang zhalim..

Ya Allah, hanya rahmat-Mu yang aku harapkan, maka jangankan engkau sandarkan urusanku kepada diriku sendiri walaupun hanya sekejap mata. Perbaikilah segala urusanku, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Engkau..

Baca Juga: Kita Bukanlah Satu-Satunya

——○●※●○——

Blog Al-Mukhtashar
Selasa, 23 Februari 2016


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." [HR. Muslim no. 1893]


Blognya Esha Ardhie Updated at: 21.05.00
Please Feel Free to Share