Kisah Dusta Dan Munkar : Malaikat Maut Tertawa Dan Menangis Ketika Mencabut Nyawa

Blognya Esha Ardhie (151)

Kisah ini sangat populer, telah disebarkan oleh ratusan ribu orang atau bahkan lebih. Dalam situs Islampos katanya kisah ini berasal dari Kitab Tadzkirah karya Imam al-Qurthubi. Disebutkan sebagai berikut,

ALLAH swt. bertanya kepada malaikat maut: “Apakah kamu pernah menangis ketika kamu mencabut nyawa anak cucu Adam?”

Maka Malaikat pun menjawab: “Aku pernah tertawa, pernah juga menangis, dan pernah juga terkejut dan kaget.

“Apa yang membuatmu tertawa?”

“Ketika aku bersiap-siap untuk mencabut nyawa seseorang, aku melihatnya berkata kepada pembuat sepatu, ‘Buatlah sepatu sebaik mungkin supaya bisa dipakai selama setahun’,”.

“Aku tertawa karena belum sempat orang tersebut memakai sepatu dia sudah kucabut nyawanya.”

Allah swt. lalu bertanya: “Apa yang membuatmu menangis?”

Maka malaikat menjawab: “Aku menangis ketika hendak mencabut nyawa seorang wanita hamil di tengah padang pasir yang tandus, dan hendak melahirkan. Maka aku menunggunya sampai bayinya lahir di gurun tersebut. Lantas kucabut nyawa wanita itu sambil menangis karena mendengar tangisan bayi tersebut karena tidak ada seorang pun yang mengetahui hal itu.“

“Lalu apa yang membuatmu terkejut dan kaget?”

Malaikat menjawab: “Aku terkejut dan kaget ketika hendak mencabut nyawa salah seorang ulama Engkau. Aku melihat cahaya terang benderang keluar dari kamarnya, setiap kali Aku mendekatinya cahaya itu semakin menyilaukanku seolah ingin mengusirku, lalu kucabut nyawanya disertai cahaya tersebut.”

Allah swt bertanya lagi: “Apakah kamu tahu siapa lelaki itu?"

“Tidak tahu, ya Allah.“

“Sesungguhnya lelaki itu adalah bayi dari ibu yang kaucabut nyawanya di gurun pasir gersang itu, Akulah yang menjaganya dan tidak membiarkannya.”

[dedih mulyadi/islampos/kitab Tadzkirah karangan imam Qurthubi]

Berikut teks arab yang kami dapatkan dalam Fatwa Islamweb,

سأل الله تعالى ملك الموت: ألم تبك مرة وأنت تقبض روح بني آدم؟ فأجابه ضحكت مرة وبكيت مرة وفزعت مرة، فقال الله تعالى: وما الذي أضحكك؟ فقال: كنت أستعد لأقبض رجلا وجدته يقول لصانع أحذية أتقن صنع الحذاء ليكفي من اللبس سنة، فضحكت وقبضته قبل أن يلبسه، فقال له الله: وما أبكاك؟ فقال: بكيت عندما أمرتني أن أقبض روح امرأة وذهبت إليها وهي في صحراء جرداء وكانت تضع مولودها، فانتظرت حتى وضعت طفلها في الصحراء الجرداء وقبضتها وأنا أبكي لصراخ طفلها وحيدا دون أن يدرى به أحد فقال له الله: وما الذي أفزعك؟ فقال: فزعت عندما أمرتني أن أقبض روح رجل عالم من علمائك وجدت نورا يخرج من غرفته كلما اقتربت من غرفته فج النور ليرجعني وفزعت من نوره وأنا أقبضه، فقال له الله: أتدري من هو الرجل؟ إنه ذاك الطفل الذي قبضت أمه وتركته في الصحراء تكفلت به ولم أتركه لأحد..

Jawaban:

فلا تصح هذه القصة، ولم نجد لها أصلا في كتب السنة..

"Kisah ini tidak shahih, kami juga tidak menemukan asalnya dalam kitab-kitab sunnah.." [Lihat Fatwa Islamweb no. 174423]

Pencantuman sumber kisah yang menyebutkan dalam Kitab Tadzkirah karya Imam Qurthubi ini merupakan suatu kekeliruan, karena dalam kitab tersebut tidak terdapat kisah yang dimaksud. Dan kisah ini pun tidak ada asal-usulnya.

Hendaknya kita senantiasa berhati-hati dalam menyampaikan berita-berita yang kita terima, karena berbicara tentang Allah tanpa ilmu amatlah berbahaya, bahkan tingkatan dosanya lebih besar daripada perbuatan syirik. Allah ta'ala berfirman:

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَن تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui." [QS. Al-A'raf: 33]

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan ayat tersebut, beliau mengatakan, "Allah mengurutkan keharaman menjadi empat tingkatan. Allah memulai dengan menyebutkan tingkatan dosa yang lebih ringan, yaitu perbuatan keji. Kemudian Allah menyebutkan keharaman yang lebih dari itu, yaitu melanggar hak manusia tanpa jalan yang benar. Kemudian Allah beralih lagi menyebutkan dosa yang lebih besar, yaitu berbuat syirik kepada Allah. Lalu terakhir Allah menyebutkan dosa yang lebih besar dari itu semua, yaitu berbicara tentang Allah tanpa ilmu. Larangan berbicara tentang Allah tanpa ilmu ini mencakup berbicara tentang nama dan shifat Allah, perbuatan-Nya, agama dan syari'at-Nya." [I'lamul Muwaqqi'in, 1/39]

Baca Juga : Hadits Palsu Tentang Berbagai Macam Siksaan Wanita Di Dalam Neraka

——○●※●○——

Allahu a'lam..

Esha Ardhie
Jum'at, 26 Februari 2016


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." [HR. Muslim no. 1893]


Blognya Esha Ardhie Updated at: 14.25.00
Please Feel Free to Share