Benarkah Humor Bermanfaat Bagi Kesehatan, Atau Sebaliknya..?
Bismillah..
Telah lama kita mengenal persepsi bahwa humor, tawa, atau pun hal-hal yang bersifat jenaka dapat berpengaruh dan memberikan manfaat yang baik bagi kesehatan kita, namun benarkah demikian..?
Tertawa adalah salah satu bagian dari fitrah manusia, humor dapat menciptakan ruang nyaman dan sering kali membuat kita lebih bersahabat dengan keadaan. Yap, terkadang kita memang perlu memasukkan canda di dalam kehidupan..
Namun berlebihan dalam tawa memanglah bukan sesuatu yang baik. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memberikan nasihat kepada Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu,
وَلاَ تُكْثِرِ الضَّحِكَ, فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ..
"Janganlah banyak tertawa, sesungguhnya banyak tertawa akan mematikan hati.." [Link]
Tentu saja, variabel yang lebih makro daripada kematian hati adalah kematian jiwa. Dan hal tersebut menjadi salah satu sudut pandang yang diangkat dalam berbagai penelitian tentang korelasi dalam masalah ini, nanti kita akan membicarakannya lebih lanjut..
Dalam banyak anggapan, humor dan tawa memiliki kaitan dan kebermanfaatan yang "wow" bagi kesehatan kita, misalnya saja dalam "6 Powerful Health Benefits of Laughter," sebuah artikel yang dipublikasikan oleh Huffpost, atau barangkali "Manfaat Tertawa bagi Kesehatan Jantung, Mental, dan Fisik," pada situs Alodokter. Jika kita menyusuri berbagai klaim, tertawa dikatakan dapat membantu mengurangi rasa sakit [Link], meningkatkan sistem kekebalan tubuh [Link], berdampak baik bagi jantung [Link], dan dapat menurunkan tekanan darah [Link]..
Tahukah kita, berbagai penelitian tentang manfaat humor terhadap dampak kesehatan memiliki hasil yang beragam, dengan sebagian besar klaim yang tidak terbukti. Atau setidaknya, hanyalah sebuah efek manfaat yang terlalu dibesar-besarkan. Penelitian yang kuat dalam masalah ini biasanya hanya menunjukkan tentang penurunan/ pereda sakit yang singkat [Link] ketika seseorang disuguhkan oleh humor (misalnya dengan film komedi), atau hanya membantu mengurangi gejala penyakit [Link]. Hingga saat ini, belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa humor dapat membantu seseorang sembuh dari penyakit yang serius..
Salah satu cara untuk mengetahui kaitan antara humor dan kesehatan, ialah dengan melihat kesehatan orang-orang yang menjadikan humor sebagai bagian dari pekerjaan mereka, sebut saja pelawak tunggal (stand-up comedian). Dan kebetulan juga, mereka menampilkan tingkat kemampuan humor tertinggi [Link]. Jika memang benar humor itu baik, tentu saja para komedianlah yang paling banyak mendapatkan manfaat darinya..
> Burung Beo Yang Telah Wafat
Komedian sering diilustrasikan dengan burung beo yang kerap dianggap dapat melawak membuat orang-orang tertawa, dan kita akan melihat bagaimana akhir dari kehidupan mereka..
Meskipun sering diklaim bahwa humor dapat memperpanjang usia [Link], hasil penelitian justru menemukan hal yang sebaliknya. Pertama, sebuah penelitian [Link] menemukan bahwa para komedian dan penulis-penulis humor, atau pun penghibur "papan atas", memiliki usia yang lebih muda dibandingkan dengan orang-orang terkenal lainnya yang bukan entertainer. Selanjutnya, para peneliti pun telah menemukan [Link] bahwa para komedian Inggris tersukses sepanjang masa memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang kurang sukses. Dalam studi yang lain [Link] peneliti menemukan bahwa stand-up comedians meninggal pada usia yang lebih muda daripada aktor komedi atau mereka yang menjadi aktor drama..
Namun berbagai studi tersebut tampaknya memiliki lingkup yang terbatas. Mereka hanya terdiri dari komedian laki-laki dan sebagian besar dari mereka sudah meninggal. Selain itu, berfokus pada komedian paling terkenal juga dapat menyebabkan bias. Orang-orang terkenal sering kali menjalani hidup yang sangat tidak sehat, dan para pelawak pun mungkin saja kematiannya tidak berkaitan dengan unsur humor atau komedi, seperti minum alkohol, merokok, atau penggunaan narkoba..
Gil Greengross Ph.D. beserta rekannya mengambil pendekatan yang berbeda dalam hal ini, sebagaimana yang telah dipublikasikan pada jurnal HUMOR: International Journal of Humor Research, tertanggal 8 Mei 2018 [Link]. Mereka mengumpulkan data dari 511 pelajar improv artists (semacam komedian teater) dengan jumlah 267 laki-laki dan 224 wanita yang berasal dari Upright Citizen's Brigade (UCB) Training Centers [Link] di New York dan Los Angeles, lalu membandingkannya dengan 795 non-komedian yang dikategorikan dalam usia, jenis kelamin, dan pendidikan..
Mereka meminta para peserta dari kedua kelompok untuk memberikan informasi, berapa banyak penyakit menular yang dimiliki dalam tiga tahun terakhir (misalnya infeksi pernapasan atau infeksi kulit) dan berapa lama mereka mengidapnya. Kerentanan terhadap penyakit menular adalah indikator yang baik untuk mengukur seberapa kuat sistem kekebalan seseorang..
Dengan menggunakan 6 dari 7 kategori infeksi, para komedian tersebut melaporkan bahwa mereka mengalami lebih banyak infeksi dan berlangsung lebih lama dibandingkan dengan grup kontrol. Selama pemantauan, total hari infeksi kelompok komedian lebih dari dua kali lipatnya, yaitu 40 yang berbanding dengan 19..
> Sisi Lemah Dari Kelucuan
Penelitian tersebut memberikan kita satu bukti lagi dan menguatkan penelitian yang sebelumnya disebutkan, fakta bahwa pemain komedi lebih banyak mengalami masalah kesehatan daripada pemain non-komedi, setidaknya berdasarkan laporan mereka sendiri. Kenyataannya memang demikian, bahkan setelah dilakukan kontrol terhadap usia, jenis kelamin, pendidikan, neurotisisme, dan BMI. Kesimpulannya, performing comedy bukan hanya tidak meningkatkan sistem kekebalan tubuh, ia dapat benar-benar merugikan kesehatan Anda..
Ada kemungkinan bahwa kehidupan para komedian lebih berat dibandingkan masyarakat umum. Menjadi pelawak itu sulit, tingkat kompetisinya tinggi dengan keamanan kerja yang rendah. Sangat sedikit calon komedian yang akhirnya memiliki karier yang sukses dan sebagian besar dari mereka mesti mencari pekerjaan dalam bidang yang lain. Bekerja di hadapan banyak orang juga memungkinkan terekspos penyakit menular. Faktor-faktor ini tidak secara langsung berkaitan dengan humor, tetapi lebih kepada gaya hidup dari setiap komedian yang tampil di depan orang banyak..
Kemungkinan lain, adanya penelitian yang menunjukkan bahwa orang-orang dengan selera humor yang tinggi terlalu optimis [Link] dengan kesehatan mereka sendiri, tidak terlalu serius dalam menyikapi masalah kesehatan bahkan mengambil langkah yang berisiko bagi dirinya. Mereka mengabaikan gejala berbagai penyakit dan tidak segera berkonsultasi kepada dokter..
Pada intinya, penelitian ini tidak begitu sependapat dengan gagasan yang menyatakan bahwa humor itu bermanfaat bagi kesehatan. Dengan kenyataan bahwa profesi yang berhubungan dengan humor memiliki tingkat masalah kesehatan yang lebih tinggi. Tentu saja kita perlu berhati-hati, meskipun penelitian ini adalah studi korelasional dan tidak menyiratkan sebab akibat..
Baca Juga: 5 Prinsip Ilmiah Untuk Identifikasi Hoax Dan Berita Palsu
——○●※●○——
Esha Ardhie
Selasa, 15 Mei 2018
***
> Referensi [Link] :
Greengross, G., Martin R. A. (2018). Health among comedy performers: Susceptibility to contagious diseases among improvisational artists. HUMOR: International Journal of Humor Research.