Benarkah Garam Tidak Boleh Dimasak..?
Dalam kesempatan kali ini, kami menemukan kembali artikel yang sepertinya perlu diluruskan. Setelah membawakan hadits Nabi yang mengatakan bahwa sebaik-baik lauk adalah garam (al-Baihaqi), dalam sebuah artikel disebutkan :
"GARAM TIDAK BOLEH DIMASAK ! Kesalahan kita (kebanyakan orang Melayu) ialah kita memasak garam yaitu memasukkan garam kedalam masakan ketika minyak sedang MENDIDIH/PANAS. Ia akan menyebabkan garam menjadi racun/toksik… Garam, bahasa saintifiknya adalah sodium. Jika garam dimasak dengan cara diatas, ia akan menyebabkannya ber-asid dan membahayakan kesehatan serta mengundang pelbagai penyakit."
Kami mengomentari bahwa pernyataan di atas tidaklah benar dan tidak bisa dipertanggungjawabkan, bahkan kami sangat yakin bahwa yang menulis artikel itu pun meragukan apa yang ia tulis. Mengapa..? karena pernyataan tersebut sangat bertentangan dengan fakta di lapangan. Menambahkan bumbu atau pun garam ke dalam masakan panas, atau yang sedang dimasak di atas api merupakan hal yang lumrah, biasa dilakukan oleh masyarakat dari zaman ke zaman. Tapi nyatanya tidak ada korban jiwa, kasus serius, atau pun gejala keracunan dengan penggunaan garam yang seperti itu..
Bahkan informasi tersebut sampai dicopas dan dimuat ulang dengan judul "Wajib Dibaca… Jangan gunakan GARAM dengan cara ini, Bisa Mematikan..!!"
Maka kami menilai bahwa orang yang menulis artikel itu sangatlah aneh, dan anehnya lagi tulisan tersebut dikaitkan dengan hadits Nabi yang seolah-olah bertujuan untuk menutupi keanehan yang ada, agar berita tersebut dinilai seolah-olah benar adanya..!? Ini adalah perkara yang buruk dan sangat berbahaya..
Adapun dari segi hadits, hadits tersebut derajatnya dha'if atau lemah. Kami menemukannya dengan lafadz berikut ini :
ﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲِ ﺑْﻦِ ﻣَﺎﻟِﻚٍ ، ﻗَﺎﻝَ : ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ: « ﺳَﻴِّﺪُ ﺇِﺩَﺍﻣِﻜُﻢُ ﺍﻟْﻤِﻠْﺢُ »
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik bumbu kalian adalah garam.."
Ada juga yang menerjemahkan dengan kalimat, "Lauk teristimewa kalian adalah garam", atau "Raja lauk-pauk kalian adalah garam.."
Dalam bahasa Melayu disebutkan, "Penghulu dari segala kuah adalah garam.."
Dalam bahasa Inggris disebutkan, "The best of your seasonings is salt.."
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman (5551), Ibnu Majah dalam Sunannya (3315) dan didha'ifkan oleh Syaikh al-Albani dalam al-Misykah (4239) tahqiq kedua. Dalam sanadnya terdapat perawi yang bermasalah bernama Isa bin Abi Isa..
Berkenalan Dengan Garam Dapur, NaCl
"Garam, bahasa saintifiknya adalah sodium.."
>> Komentar :
Menyamakan garam dengan Sodium adalah salah kaprah. Sodium merupakan nama lain dari Natrium yang dalam ranah kimia disimbolkan dengan Na. Sedangkan garam; dalam hal ini adalah garam dapur disebut dengan Natrium Klorida atau Sodium Klorida dengan rumus molekul NaCl. Itulah garam yang biasa kita konsumsi sehari-hari..
Garam dapur adalah mineral yang banyak digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan. Secara alami, NaCl dihasilkan dari proses penguapan dan kristalisasi air laut. Secara kimiawi, NaCl terbentuk dari campuran HCl dan NaOH dengan reaksi :
HCl + NaOH → NaCl + H2O
HCl merupakan asam kuat dan NaOH merupakan basa kuat, menghasilkan garam NaCl dan air H2O yang keduanya bersifat netral, tidak bersifat asam dan tidak bersifat basa. Air ini dapat dihilangkan dengan metode penguapan, dan kita pun akan mendapatkan garam NaCl..
Garam Berubah Menjadi Asam Berbahaya..?
"Jika garam dimasak dengan cara diatas, ia akan menyebabkannya ber-asid dan membahayakan kesehatan serta mengundang pelbagai penyakit.."
>> Komentar :
Ber-asid maksudnya adalah sifat garam akan berubah menjadi asam. Namun, benarkah garam yang bersifat netral ini dapat menjadi asam ketika dimasukkan ke dalam masakan panas..?
Untuk menjawabnya dapat dilakukan pengujian sederhana. Larutkan saja garam ke dalam sejumlah air yang panas, aduk hingga rata. Adakah rasa asam di sana..? Kita dapat menggunakan indikator untuk mengukur pH larutan tersebut. Di sisi lain, NaCl juga memiliki titik didih yang tinggi, 1465°C. Maka NaCl yang berubah menjadi asam, apalagi bersifat racun karena terkena suhu yang tidak seberapa, kami juga tidak mengerti asal-usul informasi tersebut..
Kami tidak menafikan adanya jenis garam lain yang bersifat asam atau pun basa, karena sifat garam tergantung juga dari asam basa pembentuknya. Seperti yang telah disebutkan, NaCl terbentuk dari asam kuat dan basa kuat sehingga menghasilkan garam yang bersifat netral dengan nilai pH di sekitar 7 (tujuh)..
Jika NaCl dilarutkan ke dalam air, NaCl akan terurai sempurna menjadi ion positif (Na+) dan ion negatif (Cl-) yang bergerak bebas dalam larutan. Oleh sebab itu larutan NaCl disebut sebagai larutan elektrolit. Garam yang dilarutkan ke dalam air hangat, justru dapat dimanfaatkan sebagai media untuk mengobati luka. Simak: Mengeringkan Luka Dan Membunuh Bakteri Dengan Air Garam..
Penambahan Yodium Pada Garam Dapur
>> Disebutkan :
"Jika garam dimasak dengan cara di atas, garam akan menyebabkannya ber-asid dan membahayakan kesehatan serta mengundang pelbagai penyakit, selain itu kandungan yodium pada garam juga akan hilang.."
>> Komentar :
Dalam hal ini memang terjadi perbincangan di kalangan peneliti. Yodium merupakan zat yang dibutuhkan oleh tubuh, kekurangan yodium bagi seseorang dapat menyebabkan penyakit seperti gondok. Maka yodium tersebut ditambahkan sebagai campuran garam untuk mencegah timbulnya penyakit-penyakit akibat kekurangan yodium. Lalu yang menjadi permasalahan adalah, apakah yodium pada garam akan hilang atau rusak dalam proses pemasakkan..? jawabannya adalah YA. Khususnya pada masakan yang mengandung cabai dan cuka, yodium pun disinyalir telah menghilang..
Namun tunggu dulu, setelah menelusuri perpustakaan Google, kami menemukan fakta yang sangat menarik dalam sebuah artikel yang dipublikasikan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tentang kontroversi berita yang dimaksud [1]. Dalam artikel itu disebutkan kronologi bahwa telah dilakukan dua penelitian dengan metode yodometri dan wet digestion untuk mengukur kadar yodium pada masakan. Hasil dari kedua penelitian tersebut adalah :
"Berdasarkan temuan ini disimpulkan bahwa sebagian besar yodium hilang dalam pemasakkan, terutama bila dimasak dengan cabai dan apalagi bila ditambah cuka.."
Perlu diketahui bahwa yodisasi garam (penambahan yodium ke dalam garam) telah dilakukan selama lebih dari 20 tahun dengan harapan agar dapat mencegah timbulnya Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Kesimpulan dari dua penelitian yang dimaksud seakan-akan membungkam usaha pencegahan yang dilakukan selama ini. Yodisasi garam ternyata sia-sia belaka karena yodiumnya telah hilang dalam proses pemasakkan, sedangkan masyarakat biasanya menambahkan bumbu atau pun garam pada proses memasak dan bukan setelah masakannya telah matang..
Apakah hasil penelitian itu benar..!? Sejujurnya hasil tersebut sangatlah JANGGAL, karena bukti empiris menunjukkan bahwa banyak negara di dunia seperti di Amerika Utara, Amerika Latin, Asia, dan Afrika yang menunjukkan bahwa garam yodium sangat efektif dalam penanggulangan GAKY. Maka untuk membuktikan kebenaran penelitian tersebut, pada tahun 1999 dilakukanlah dua penelitian yang lebih presisi dengan metode radio isotop dan epidemiolgi oleh Puslitbang Gizi menggunakan bantuan dana dari UNICEF..
Ternyata hasil dari dua penelitian terbaru ini saling menunjang. Penelitian laboratorium menunjukkan bahwa yodium masih ada di dalam masakan dan yodium yang masih ada dalam masakan dapat dicerna oleh tubuh, yang ditunjukkan dengan tingginya kadar yodium dalam urine. Ini menunjukkan bahwa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa yodium itu telah hilang dalam proses pemasakkan ternyata tidaklah akurat..
Kesimpulannya, menambahkan garam pada saat proses memasak tidaklah bermasalah. Dan perlu diperhatikan, untuk membentuk cita rasa masakan yang utuh, Anda harus memberikan garam pada saat proses memasak berlangsung. Jika anda memberikan garam seusai masakan telah matang, masakan Anda hanya akan terasa asin yang hambar karena garam tidak melebur bersama cita rasa yang lainnya..
Manfaat Garam Dapur
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam Zadul Ma'ad :
ﺍﻟﻤِﻠْﺢُ ﻳُﺼﻠِﺢ ﺃﺟﺴﺎﻡ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﺃﻃﻌﻤﺘﻬﻢ ، ﻭﻳُﺼﻠِﺢ ﻛُﻞَّ ﺷﻰﺀ ﻳُﺨﺎﻟﻄﻪ ﺣﺘﻰ ﺍﻟﺬَّﻫﺐَ ﻭﺍﻟﻔِﻀَّﺔ ، ﻭﺫﻟﻚ ﺃﻥ ﻓﻴﻪ ﻗﻮﺓً ﺗﺰﻳﺪُ ﺍﻟﺬﻫﺐَ ﺻُﻔﺮﺓً ، ﻭﺍﻟﻔِﻀَّﺔَ ﺑﻴﺎﺿﺎً ، ﻭﻓﻴﻪ ﺟِﻼﺀٌ ﻭﺗﺤﻠﻴﻞ ، ﻭﺇﺫﻫﺎﺏٌ ﻟﻠﺮﻃﻮﺑﺎﺕ ﺍﻟﻐﻠﻴﻈﺔ ، ﻭﺗﻨﺸﻴﻒٌ ﻟﻬﺎ ، ﻭﺗﻘﻮﻳﺔٌ ﻟﻸﺑﺪﺍﻥ ، ﻭﻣﻨﻊٌ ﻣﻦ ﻋﻔﻮﻧﺘﻬﺎ ﻭﻓﺴﺎﺩﻫﺎ ، ﻭﻧﻔﻊٌ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺮﺏ ﺍﻟﻤﺘﻘﺮِّﺡ . ﻭﺇﺫﺍ ﺍﻛﺘُﺤِﻞَ ﺑﻪ ، ﻗﻠﻊ ﺍﻟﻠَّﺤﻢ ﺍﻟﺰﺍﺋﺪ ﻣﻦ ﺍﻟﻌَﻴْﻦ ، ﻭﻣﺤَﻖَ ﺍﻟﻈَّﻔَﺮَﺓ . ﻭﺍﻷﻧﺪﺭﺍﻧﻰ ﺃﺑﻠﻎُ ﻓﻰ ﺫﻟﻚ ، ﻭﻳﻤﻨﻊُ ﺍﻟﻘﺮﻭﺡَ ﺍﻟﺨﺒﻴﺜﺔ ﻣﻦ ﺍﻻﻧﺘﺸﺎﺭ ، ﻭﻳُﺤﺪِﺭُ ﺍﻟﺒﺮﺍﺯ ، ﻭﺇﺫﺍ ﺩُﻟِﻚَ ﺑﻪ ﺑﻄﻮﻥُ ﺃﺻﺤﺎﺏِ ﺍﻻﺳﺘﺴﻘﺎﺀ ، ﻧﻔﻌﻬﻢ ، ﻭﻳُﻨﻘﻰ ﺍﻷﺳﻨﺎﻥَ ، ﻭﻳﺪﻓﻊُ ﻋﻨﻬﺎ ﺍﻟﻌُﻔُﻮﻧﺔ ، ﻭﻳﺸُﺪُّ ﺍﻟﻠِّﺜﺔ ﻭﻳُﻘﻮﻳﻬﺎ ، ﻭﻣﻨﺎﻓﻌﻪ ﻛﺜﻴﺮﺓ ﺟﺪّﺍً
"Garam memang bisa menambah kualitas tubuh manusia dan kualitas makanan mereka, bahkan bisa menambah kualitas segala sesuatu yang dicampur dengannya, seperti emas dan perak. Sebabnya adalah karena garam mengandung energi yang membuat emas semakin kuning dan perak semakin putih berkilat. Garam mengandung unsur pembersih, unsur pengemulsi, penghilang lendir berat, penyerap dan unsur yang memperkuat tubuh serta mencegah bau busuk dan kerusakan. Berkhasiat juga mengobati kudis bernanah. Bila digunakan sebagai celak, bisa menghilangkan daging berlebih pada mata, bisa melenyapkan kotoran kuning. Garam inggris lebih baik untuk tujuan ini. Bisa juga mencegah koreng agar tidak menyebar. Bisa juga melancarkan buang air besar. Kalau dioleskan ke perut orang yang terkena busung lapar, niscaya berkhasiat. Bisa juga membersihkan gigi atau menghilangkan bau gigi, menguatkan dan mengokohkan gusi. Dan masih banyak sekali khasiat lainnya.."
Allahu a'lam..
***
Catatan :
——○●※●○——
Esha Ardhie
25 Agustus 2015