Adegan Romantisme Rasulullah (5) : Cinta Harus Menemukan Ruangnya

Adegan Romantisme Rasulullah (5) : Cinta Harus Menemukan Ruangnya

Cinta Harus Menemukan Ruangnya

Mari sejenak memerhatikan sebuah momentum yang pernah terjadi pada Abu bakar radhiyallahu 'anhu, ketika ia datang mengunjungi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Hari itu, Abu Bakar melihat putrinya berbicara kepada Rasulullah dengan suara yang sedikit meninggi. Melihat tindakan putrinya itu, Abu Bakar memarahinya sambil berkata, "Wahai anakku, apakah engkau berani meninggikan suaramu kepada Rasulullah..?" [1]

Tapi, Rasulullah kemudian menenangkan Abu Bakar hingga akhirnya beliau pulang ke rumahnya. Tidak lama kemudian, Rasulullah menghampiri Aisyah sembari melemparkan senyum kepadanya, beliau berkata, " Sayangku, apakah engkau tidak melihat bahwa semua sudah tidak menajdi masalah..?"

Dengan penuh cinta, beliau pun duduk bersamanya hingga keduanya saling bercumbu mesra dan sesekali terdengar suara tawa. Ketika Abu Bakar datang lagi menemuinya, keduanya pun sudah sumringah. Abu Bakar ikut merasa gembira dengan apa yang dia saksikan, hingga akhirnya ia pun tersenyum sembari berkata, "Aku ikut bergabung bersama ketenangan kalian, seperti halnya aku ikut bergabung dalam perang bersama kalian.." (HR. Abu Dawud, Al-Albani berkata bahwa hadits ini dha'if)

Alangkah indahnya pemandangan dan potret cinta nan romantis yang diperlihatkan oleh seorang suami yang memiliki kepribadian agung ini. Dalam kegelisahan tentang umatnya, tentang tugas mulianya, ia tidak pernah lupa bahwa di situ ada hak istri yang harus ditunaikan..

Tugas-tugasnya mengemban risalah kenabian dan kesibukannya menyebarkan agama Allah, beliau tidak pernah lupa selamanya bahwa beliau punya hati yang harus mencintai. Dan cinta itu harus menemukan ruangnya..

Lihatlah pribadi agung Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian bandingkan dengan kelakuan para suami masa sekarang. Suami-suami sekarang seperti hidup dalam suasana darurat; menyebarkan kegundahan kepada pasangan hidupnya, kepada anak-anaknya; ia menyangka bahwa dialah satu-satunya yang paling sibuk, paling letih karena bekerja keras, paling merasa memikul beban tanggung jawab, atau paling gelisah dan menderita karena urusan rumah tangga..

Betapa sering saya melihat para suami masa kini yang selalu abai dengan hak-hak istri dan anaknya. Ia melupakan kebutuhan perasaan-perasaan cinta yang harus ditunaikan kepada mereka. Dia selalu beralasan sibuk, capek, fokus kepada masa depan, atau mengemukakan aneka alasan yang sudah klasik..

Lihatlah kepada pribadi Rasulullah, bagaimana beliau menyeimbangkan perasaannya, dan mengekspresikan kehangatan perasaannya. Lalu, kembalikan pandanganmu kepada kondisi suami-istri masa sekarang. Pasti, engkau akan menemukan celah yang menganga besar, perbedaan yang jauh antara beliau dan orang-orang yang mengaku sebagai umatnya..

Karena itu, seharusnya kita kembali merenungi di pinggir pantai cinta, memandang dengan penuh kebijakan, mencontoh pribadi agung; beliau telah mengajarkan kepada kita kosa kata cinta seorang yang perkasa, beliau menginspirasi kita tentang dasar-dasar perasaan yang seimbang dan abjad-abjad cinta yang rapi..

Artikel Lainnya :

○ Adegan Romantisme Rasulullah (1) : Cinta Yang Tak Redup
○ Adegan Romantisme Rasulullah (2) : Makna Cinta Yang Hakiki
○ Adegan Romantisme Rasulullah (3) : Gambaran Cinta Sejati
○ Adegan Romantisme Rasulullah (4) : Kelembutan Seorang Suami

Baca Juga : Tabiat Wanita Yang Sering Berkorban, Laki-Laki Yang Kerap Menentang

——○●※●○——

Sumber : Bahasa Cinta Suami Istri (edisi terjemah), halaman 131-134. Penulis : Karim Syadzili. Judul Asli : لغات الحب. Penerjemah : Muhammad Yasir. Penerbit : Pustaka Al-Kautsar, cetakan ke-1 Oktober 2012

Disalin ulang oleh : Esha Ardhie
Senin, 21 Agustus 2017

Penjudulan artikel dibuat oleh kami..

***

[1] Dalam surat Al-Hujurat ayat 2, ada larangan meninggikan suara melebihi suara Nabi. Edt..


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." [HR. Muslim no. 1893]


Blognya Esha Ardhie Updated at: 19.02.00
Please Feel Free to Share