Waspadai Perkara Jahiliah!
Para pembaca yang budiman, ketahuilah bahwasanya nikmat paling besar yang telah Allah karuniakan kepada umat ini adalah nikmat diutusnya seorang rasul. Sebab, sebelum diutusnya Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, umat ini berada dalam kesesatan dan kejahilan (kebodohan). Mereka berkecimpung dalam kesyirikan, kekafiran, kemaksiatan, dan kezaliman; kemudian Allah mengutus seorang utusan yang membawa petunjuk dan agama yang benar dan senantiasa akan bertahan hingga akhir zaman, sebagaimana Allah menyifati mereka dalam firman-Nya dalam Surah Al-Jumu'ah: 2.
Oleh karenanya, dengan diutusnya rasul tersebut maka perkara jahiliah secara umum telah berakhir. Namun kendati era jahiliah telah berlalu dengan diutusnya seorang rasul, pada dasarnya pemikirannya akan selalu ada dan setiap kaum itu pasti ada pewarisnya. Atau -dengan kata lain- meski Abu Jahal dan kawan-kawan telah tiada, tidak menutup kemungkinan bahwa gaya dan karakter mereka melekat pada sebagian umat yang hidup di masa ini. Maka pada edisi kali ini penulis -dengan memohon taufiq dari Allah- akan berusaha mengulas beberapa perkara-perkara jahiliah yang seharusnya diketahui oleh setiap muslim untuk dijauhi. Wallahul Muwaffiq.
Mengapa Perlu Membahas Perkara-Perkara Jahiliah
Faedah dari menyebutkan perkara-perkara jahiliah ialah untuk memperingatkan umat darinya. Sebab, apabila seseorang mengetahuinya maka dia akan menjauhinya. Namun bila tidak, dia akan terjerumus ke dalamnya. Sebagaimana perkataan penyair:
عَرَفْتُ اشَّرَّ لَا لِلشَّرَّ وَلَكِنْ لِتَوَقَّيْهِ # وَمَنْ لَا يَعْرِفُ الشَّرَّ يَقَعْ فِيْهِ
"Saya mengenal kejelekan tidak untuk dilakukan, tetapi untuk menjauhinya.. Barang siapa yang tidak mengenal kejelekan maka dia akan terjerumus ke dalamnya.."
Dan yang kedua adalah dengan mengetahui perkara-perkara jahiliah, maka dia akan mengetahui keutamaan dan kesempurnaan islam.
اَلضَّدُّ يُظْهِرُ حُسْنَهُ الضَّدُّ # وَبِضِدَّهَا تَتَبَيَّنُ الأَشْيَاءُ
"Lawan sesuatu akan menampakkan keindahan lawannya.. Dan dengan lawan pula akan jelas semua perkara.."
Larangan Mengerjakan Perintah Jahiliah
Para pembaca yang budiman, perlu diketahui bahwa semua perkara jahiliah adalah tercela dan dilarang oleh Allah serta Rasul-Nya. Oleh karenanya, Allah telah melarang kita untuk berbuat perilaku yang berbau jahiliah, semisal dalam QS. Al-Ahzab: 33.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apakah kalian menyeru dengan seruan-seruan jahiliah [1], sedangkan saya masih di tengah-tengah kalian? Tinggalkanlah seruan-seruan jahiliah tersebut, karena sesungguhnya seruan jahiliah itu jelek." (HR. Al-Bukhari: 3518)
Alhasil bahwasanya semua perkara-perkara jahiliah itu tercela dan dilarang.
Masyarakat Islam Masa Kini = Jahiliah?
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan ditanya, "Ada sebagian orang yang menggunakan istilah jahiliah bagi masyarakat Islam yang terdapat kerusakan di dalamnya (sebagaimana pada zaman sekarang, Red). Dan penggunaan istilah ini memberikan konsekuensi negatif sebagaimana yang Anda ketahui. Bagaimanakah bimbingan yang benar dalam masalah ini..?"
Jawaban Syaikh: "Jahiliah secara umum telah berakhir dengan diutusnya Rasululullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan segala puji bagi Allah. Beliau datang dengan membawa cahaya Islam, pelita ilmu, dan hidayah yang akan terus ada dan bertahan hingga akhir zaman. Tidak ada lagi masalah jahiliah secara umum setelah diutusnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Kendati demikian, akan tetap ada sisa-sisa jahiliah dalam hal-hal tertentu dan jahiliah yang dilakukan oleh sebagian oknum. Adapun jahiliah secara umum memang telah berakhir seiring dengan diutusnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan tidak akan kembali hingga datangnya hari kiamat. Adapun sifat-sifat jahiliah yang dilakukan oleh sebagian orang atau jamaah atau sebagian anggota masyarakat memang masih ada, namun hal itu termasuk jahiliah dalan ruang lingkup khusus bagi yang melakukannya saja. Dengan demikian tidak boleh menggunakan istilah jahiliah secara umum." [2]
Perkara-Perkara Jahiliah
Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah -seorang imam dakwah di masanya- telah menyebutkan lebih dari seratus karakteristik jahiliah yang kita semua diperintahkan untuk menyelisihinya. Karena keterbatasan tempat, dalam edisi ini hanya kami sebutkan sebagiannya saja. Di antara yang terpenting untuk diketahui adalah sebagai berikut.
1. Syirik Dalam Beribadah
Orang-orang jahiliah melakukan syirik atau penyekutuan di dalam beribadah dan berdo'a kepada Allah. Di samping memohon kepada Allah, mereka juga memohon kepada orang shalih yang telah mati, mereka meminta syafa'atnya dengan persangkaan bahwa Allah dan orang-orang shalih tersebut menyukai hal itu. Padahal Allah telah menegaskan bahwa perbuatan mereka hanyalah bentuk penyelewengan ibadah (Lihat QS. Yusuf: 18).
وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: 'Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah'. Katakanlah: 'Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?' Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu)."
Kemusyrikan semacam ini merupakan masalah paling besar yang diingkari oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bahkan beliau mengajarkan keikhlasan (pemurnian tauhid) dalam beribadah hanya kepada Allah semata. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan bahwa agama yang beliau bawa adalah agama seluruh rasul dan Allah tidak akan menerima kecuali orang yang ikhlas. Juga menjelaskan bahwa siapa saja yang melakukan kesyirikan dengan dasar istihsan (menganggap baik), niscaya Allah akan mengharamkan surga dan tempat kembalinya adalah neraka. Masalah inilah yang menjadi garis pemisah antara muslim dengan kafir dan dengan sebab itulah terjadi perseteruan antara tauhid dengan syirik. Dan atas dasar inilah (memerangi kesyirikan) Allah mensyariatkan jihad, sebagaimana Dia firmankan dalam Surah Al-Anfal: 39.
2. Bercerai Berai Dalam Agama
Di antara sifat jahiliah adalah bercerai-berai (tafarruq) dalam agama, sebagaimana difirmankan Allah:
وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
"Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (QS. Ar-Rum: 31-32). [3]
3. Tidak Menaati Ulil Amri (Penguasa)
Menurut masyarakat jahiliah, menyelisihi ulil amri (pemegang urusan umat) dan tidak menaati mereka merupakan keutamaan dan kemuliaan, sedangkan mendengarkan dan taat kepada mereka hanyalah kerendahan dan kehinaan. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk mendengarkan dan taat kepada ulil amri, bersabar atas kezhaliman penguasa dan memberikan nasihat kepada mereka. Beliau sangat menekankan itu, menjelaskannya serta mengulang-ulanginya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah ridha kepada kalian dalam tiga hal: (1) jika kalian beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukannya dengan suatu apa pun, (2) jika kalian berpegang teguh dengan tali Allah dan tidak berpecah belah, dan (3) jika kalian saling memberi nasihat kepada orang yang diserahi oleh Allah untuk memegang urusan kalian." (HR. Muslim: 1917)
Berbagai problem yang dihadapi manusia baik dalam masalah agama atau pun keduniaan tidak lain disebabkan karena adanya masalah dalam tiga hal ini, atau salah satu dari ketiganya.
4. Membangun Agama Di Atas Taqlid
Bahwa agama orang jahiliah sebagian besarnya dibangun di atas landasan taqlid (ikut-ikutan), dan ini merupakan kaidah terbesar seluruh orang kafir baik yang dahulu maupun masa kini, sebagaimana difirmankan Allah:
وَكَذَٰلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِّن نَّذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِم مُّقْتَدُونَ
"Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, 'Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka." (QS. Az-Zukhruf: 23)
Oleh karena itu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang dan menyerukan firman Allah:
قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُم بِوَاحِدَةٍ أَن تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَىٰ وَفُرَادَىٰ ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُم مِّن جِنَّةٍ
"Katakanlah: 'Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikit pun pada kawanmu itu'." (QS. Saba': 46)
5. Bangga Dengan Banyaknya Pengikut
Di antara prinsip yang dipegang oleh kaum jahiliah adalah merasa bangga dan terlena dengan banyaknya jumlah mereka, dan menjadikannya sebagai hujjah atas kebenaran sesuatu. Dan sebaliknya mereka beralasan bahwa yang batil adalah segala sesuatu yang asing bagi mereka dan sedikit pengikutnya. Padahal tidak selamanya demikian, lantaran kebenaran adalah apa yang mencocoki ketentuan Allah, tidak memandang sedikit atau banyaknya pengikut. Bahkan bisa jadi kebanyakan manusia yang berada dalam kesesatan, cermati firman Allah dalam Surah Al-An'am: 116.
وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)."
6. Mengukur Kebatilan Dengan Orang Lemah
Orang jahiliah menganggap bahwa segala sesuatu yang pengikutnya orang-orang lemah adalah kebatilan. Mereka mengatakan sebagaimana di dalam firman Allah:
قَالُوا أَنُؤْمِنُ لَكَ وَاتَّبَعَكَ الْأَرْذَلُونَ
"Mereka berkata: 'Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang hina?'." (QS. Asy-Syu'ara: 111)
Mereka juga menggunakan qiyas (analogi) yang keliru dan mengukur kebatilan dengan kecerdasan, sebagaimana firman Allah:
فَقَالَ الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلا بَشَرًا مِثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ
"Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya (Nuh), 'Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina-dina di antara kami yang lekas percaya saja'." (QS. Hud: 27)
Para pembaca yang budiman, itulah beberapa perkara jahiliah yang bisa kita sebutkan pada edisi kali ini, semoga bermanfaat. Dan akhirnya kita berdoa memohon taufiq dan hidayah-Nya sehingga kita dapat mengetahui kebaikan kemudian kita dapat mengerjakannya dan kita dapat mengetahui kejelekan untuk kemudiam menjauhinya. Amin.
Baca Juga : Lebih Besar Dari Dosa Syirik, Mengada-adakan Terhadap Allah Tanpa Dilandasi Ilmu
——○●※●○——
Penulis : Abu Sahl As-Salawiy
Sumber : Buletin Al-Furqon Tahun Ke-5 Volume 12 Nomor 01 Rabi'ul Awal 1432 H
Ditulis ulang oleh : Esha Ardhie
Kamis, 10 Maret 2016
***
Catatan :
[1] Yaitu ketika kaum Muhajirin dan Anshar terlibat percekcokkan, lantas masing-masing dari mereka memanggil kawannya yang satu kabilah.
[2] Dari "Koreksi Total Masalah Politik dan Pemikiran dalam Prespeksi Al-Qur'an dan As-Sunnah", hal. 68-70 (terjemah dari "Muraja'ah fi Fiqhil Waqi' wal Fikri 'ala Dhau'il Kitab was Sunnah").
[3] Lihat juga dalam firman Allah subhanahu wa ta'ala pada QS. Asy-Syura: 13 atau QS. Ali Imran: 103, 105]