Makna Cinta Yang Hakiki
Ini adalah Amru bin Ash, seorang pemimpin pasukan yang pemberani sekaligus cerdas. Suatu hari, ia kembali dari sebuah peperangan, sehingga ia membuat musuh-musuhnya menelan pil pahit karena kekalahan mereka dalam perang itu..
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mendengar kehebatan, keberanian, dan siasat perangnya; dengan dasar itu ia bisa memporak-porandakan pasukan kaum musyrikin..
Suatu hari, laki-laki ini berjalan di antara pasukannya sembari melempar senyum hangat. Sepertinya, ia ingin mengajukan sebuah pertanyaan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ia pun menghampiri beliau, terlihat pada bola matanya pandangan cinta dan kebahagiaan; ia mendengar kata-kata pujian dan kekaguman dari beliau..
Ia memberanikan mengutarakan isi hatinya dan bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai..?"
Saat Amru terdiam menunggu jawaban, Rasulullah lalu berkata, "Aisyah.."
Iya, beliau hanya menjawab Aisyah, bahwa perempuan itu adalah sosok yang paling dicintainya..
Amru seperti tidak percaya. Ia lalu mengajukan pertanyaan lagi kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Sekarang, saya bertanya kepadamu tentang orang yang paling engkau cintai dari kalangan laki-laki..?"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menatapnya sambil berkata, "Ayahnya.." (Shahih al-Bukhari)
Mari sejenak kita merenung tentang momentum indah ini. Kita seringkali merasa sungkan atau berat menyebut kelebihan-kelebihan istri, bahkan terkadang malu menyebut namanya di depan orang banyak, apalah lagi memujinya atau memperlihatkan cinta dan kemesraan kepadanya..
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan pujian kepada sosok Aisyah di hadapan para laki-laki, pasukan perang yang jumlahnya begitu banyak; saat itu beliau juga dikelilingi oleh sahabatnya, para pembesar kaum, dan pemimpin negeri..
Beliau memperlihatkan dan memperdengarkan sebuah makna cinta yang hakiki dimana masyarakat Quraisy saat itu tidak terbiasa memuji pasangan hidup mereka di hadapan orang banyak. Sebagian mereka berpandangan bahwa menyebut kelebihan-kelebihan pasangannya akan menurunkan kehebatan dan kejantanannya..
Ungkapan tentang cinta adalah seni. Iya, seni. Sebab kita masing-masing memiliki fitrah untuk mencinta dan dicintai. Sayangnya, kita kurang memahami bagaimana mengembangkan dan merealisasikan seni yang indah itu. Kita hampir lupa bahwa sebenarnya ikatan cinta akan semakin menguat setiap kali diungkapkan kepada pasangan hidup. Cinta itu harus diumumkan dan dipraktikan melalui tindakan romantis yang nyata..
Suatu hari, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf di masjid. Tiba-tiba, beliau didatangi oleh istrinya Shafiyah radhiyallahu 'anha. Ia singgah beberapa saat di tempat Rasulullah. Ketika Shafiyah hendak beranjak pulang, Rasulullah berdiri untuk mengantarkannya sampai di pintu masjid.. (Shahih al-Bukhari)¹
Tindakan Rasulullah ini memang terlihat sederhana. Tetapi sesungguhnya ia membawa pengaruh cinta yang sangat mendalam..
Ini bukan sekadar masalah sederhana atau tidak. Tapi, ini tentang ekspresi cinta yang mendalam, tentang pemuliaan, tentang penghormatan seorang suami kepada istrinya..
Baca Juga : Sebuah Riset : Unsur Utama Pembentuk Kebahagiaan Adalah Pernikahan
——○●※●○——
Sumber : Bahasa Cinta Suami Istri (edisi terjemah), halaman 126-128. Penulis : Karim Syadzili. Judul Asli : لغات الحب. Penerjemah : Muhammad Yasir. Penerbit : Pustaka Al-Kautsar, cetakan ke-1 Oktober 2012
Disalin ulang oleh : Esha Ardhie
Minggu, 04 Desember 2016
***
[1] Shafiyah binti Huyay radhiyallahu 'anha adalah salah satu istri Nabi yang semula merupakan janda tokoh Yahudi di Madinah. Sebagian istri Nabi yang lain "tidak suka" kepada beliau karena dianggap mantan orang Yahudi. Bukankah di sana terdapat bentuk romantisme berupa rasa cemburu di antara istri. Edt..