Rindu Yang Tak Redup
Dalam adegan film itu terlihat seorang prajurit sengaja memperlambat langkahnya bergabung dengan pasukan, ia memerintahkan kawan-kawan seperjuangannya yang lain agar bergerak terlebih dahulu..
Ketika para prajurit lain sudah tidak terlihat dari pandangannya, ia segera memanggil istrinya yang sedang duduk di atas ontanya; ia mendekatinya lalu menurunkannya dari kendaraan. Prajurit itu begitu menyapa istrinya dengan lemah lembut, ia memintanya agar berlomba dengannya. Istrinya pun tertawa dan meyakinkan suaminya bahwa ia pasti bisa mengalahkannya. Suaminya juga menjawab sembari melempar senyum bahwa kenyataan di lapanganlah yang akan memperlihatkan siapa yang akan menang dan siapa yang kalah, dia atau istrinya..
Pembicaraan terus mengalir dari keduanya, akrab dengan canda dan tawa, penuh cinta dan kasih sayang. Inilah yang membuatnya bersemangat menjalani kehidupan; darinyalah mereka mengambil energi dan kekuatan..
Walaupun laki-laki (prajurit) yang sedang mencintai itu bukanlah Rasulullah. Akan tetapi ia telah mendemonstrasikan kecintaan yang begitu mendalam kepada istrinya, romantisme yang tak redup oleh sabetan pedang dan huru-hara peperangan. Bukankah ini adegan romantisme yang indah dan menakjubkan..?
Sebuah keterangan dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia bertutur, "Suatu ketika kami pulang dari peperangan Khaibar menuju kota Madinah, saya menyaksikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam duduk di atas kendaraannya bersama dengan istrinya Shafiyah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendekatkan pahanya kepada Shafiyah, dan Shafiyah pun menumpangkan telapak kakinya pada paha beliau, dan keduanya sedang menaiki kendaraan.." [HR. al-Bukhari]
Apakah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak merasa malu ketika para pasukannya menyaksikan adegan romantisnya, dimana beliau menyandarkan pahanya kepada Shafiyah..!? Bahkan sebelumnya beliau menyambut istrinya dan membantu menaikinya ke atas kendaraan..?! Tidak.. Beliau tidak merasa sungkan..
Di sini saya bertanya kepadamu, apakah salah jika pada adegan ini kita belajar tentang romantisme yang indah..? Daripada kita melihat seorang suami yang kasar kepada istrinya, saat ia membukakan pintu untuk istrinya lalu ia memukul dan mencacinya..!
Baca Juga : Tabiat Wanita Yang Senang Berkorban, Sedangkan Laki-Laki Kerap Bersikap Menentang
——○●※●○——
Sumber : Bahasa Cinta Suami Istri (edisi terjemah) halaman 124-126 Penulis : Karim Syadzili. Judul Asli : لغات الحب. Penerjemah : Muhammad Yasir. Penerbit : Pustaka Al-Kautsar, cetakan ke-1 Oktober 2012
Disalin ulang oleh : Esha Ardhie
Kamis, 01 September 2016