We all know that marriage is a lifetime negotiation. Ketika dua orang menjadi satu melalui ikatan pernikahan, pasti banyak bentuk adaptasi yang terjadi seiring hubungan berjalan. Rasanya sih, tidak mungkin ada pasangan yang selalu sepaham tanpa ada kerikil-kerikil di perjalanan.
Tapi bukan berarti memasrahkan perbedaan itu dan pakai istilah "Gimana nanti", dong. Sebaiknya beberapa hal yang bersifat prinsip, didiskusikan justru sebelum pernikahan. Soalnya, hal yang prinsipil ini biasanya justru hal-hal yang sulit dinegosiasikan dan bisa memicu konflik.
If you don’t deal with that issue before marriage, then you’ll deal with it while you’re married.
Supaya sejak awal pernikahan kamu dan suami sudah memiliki cara pandang yang sama tentang tujuan berumah tangga dan cara menjalaninya, kuncinya sebenarnya terdengar sederhana: Komunikasi.
Faktanya, it’s not as easy as it may sound. Tapi dengan komunikasi yang dilakukan sebelum menikah, setidaknya kamu masih punya kesempatan untuk mengambil jalan tengah bila ada prinsip yang berbeda atau justru menjadi alert bila ternyata ada perbedaan yang sulit ditoleransi.
Ini dia pertanyaan-pertanyaan yang sebaiknya diajukan pada calon pasangan sebelum menikah:
1. Bagaimana Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga?
Poin ini disimpan di urutan pertama bukan tanpa alasan, lho. Banyak riset seputar pernikahan yang bilang bahwa masalah keuangan adalah yang paling sering memicu konflik.
Apakah keduanya akan bekerja kantoran atau salah satu khusus mengurus rumah tangga?
Selama ini, berapa jumlah gaji dan jumlah uang yang biasa disisihkan untuk menabung?
Apakah masing-masing akan memegang gajinya atau memiliki tabungan bersama yang hanya dikelola satu orang? Jika demikian, berapa biasanya pengeluaran per hari?
Apakah kalian berdua memiliki utang atau cicilan yang belum dilunasi? Apakah ada kebiasaan mengirim uang untuk keluarga?
Pasangan perlu juga sharing tentang bagaimana mereka menggunakan uangnya. Misal, bila selama ini calon suami tidak tahu kalau sepatu yang kamu kenakan mencapai harga Rp1 juta, ini momen untuk meminta penilaiannya.
2. Bagaimana Pembagian Kerja Setelah Menikah?
Ini adalah pertanyaan yang akan mengungkap preferensi pasangan tentang gender role. Jika di kamu memiliki keinginan tertentu, misal tetap bekerja setelah menikah atau sebaliknya resign setelah menikah, sebaiknya sampaikan sejak awal. Cari tahu juga bagaimana harapannya tentang hal ini.
Apakah calon suami kamu menginginkan istri yang mendedikasikan seluruh waktunya untuk keluarga atau justru suami menginginkan kamu tetap memiliki kegiatan baik bekerja kantoran ataupun berbisnis?
Sebaliknya, tanyakan juga apakah calon suamimu tak keberatan bila harus bergantian mencuci dan mengganti popok anak, memasak, bahkan belanja bulanan? Intinya, diskusikan bagaimana kelak pembagian tugas di rumah akan dijalankan.
3. Apa Target Keluarga Kita Dalam 5 Tahun Ke Depan?
Topik ini penting didiskusikan sebelum menikah untuk menyamakan harapan dan tujuan kalian tentang pernikahan. Apa saja target yang akan dicapai dalam 5 tahun pernikahan?
Untuk permulaan, kamu bisa bertanya mengenai kapan keinginan calon suami untuk memiliki anak dan berapa jumlah anak yang diharapkan.
Diskusikan juga mengenai tempat tinggal, apakah setelah menikah akan mengontrak, sudah ada rumah, atau tinggal bersama orangtua? Kalau belum ada rumah, apakah hingga 5 tahun ke depan kalian memasang target memiliki rumah sendiri meski mencicil dan kendaraan?
Tanyakan juga mengenai karier. Apakah ada target tertentu misal pindah kerja ke tempat yang tak pernah lembur (mengingat nanti tentu membutuhkan waktu untuk mengurus anak), lebih dekat dari rumah, atau ada target untuk mendapat promosi?
4. Bagaimana Kondisi Keluarga Besarmu?
Bukan untuk mengorek hal-hal negatif, tapi ada kemungkinan kebiasaan di keluarga bisa terbawa oleh pasangan saat sudah berumahtangga. Cara menyelesaikan masalah dalam keluarga, misalnya, bisa menjadi pola yang tanpa sadar dilakukan oleh pasangan.
Selain itu, ini juga penting sebagai bekal kamu agar tak salah paham ketika bertemu dengan keluarga besarnya.
Tanyakan tradisi atau kebiasaan yang dimiliki pasangan dan bagaimana relasi antar keluarga besar berjalan. Di momen ini, kamu juga bisa menanyakan bagaimana sebaiknya kamu bersikap di keluarga besarnya, apa hal-hal yang kamu rasa kurang sreg tentang keluarganya.
Misal, kamu keberatan ketika adik perempuannya sering meminjam barang tapi tidak dikembalikan atau ketika ibunya berkali-kali meminta kamu berdiet. Percayalah, ini penting dikomunikasikan juga, lho. Asal, kamu juga menerima kritikan pasangan tentang cara kamu memperlakukan keluarganya.
Kalau tidak terbuka, perasaan itu bisa kamu alami terus-menerus. Tentu dengan cara yang bijak dan tidak menyudutkan, ya.
5. Apa Yang Membuat Kamu Ingin Menikahi Saya?
Meski ini sering diungkapkan, coba untuk lebih menggali hal-hal yang spesifik. Jawaban, "Karena udah klik aja" atau "Karena kita punya tujuan yang sama" sebenarnya kurang spesifik.
Tujuan yang sama itu apa? Apa yang membuat klik? Sebaiknya, kita saling menggali apa sifat yang paling disukai dari pasangan, termasuk hal yang paling tidak disukai.
Misal kamu sangat mengapresiasi sikapnya yang selalu bisa meredakan emosimu, karena dia bisa diajak bertukar pikiran tentang apa saja, karena calon suamimu selalu bisa memiliki target dan berusaha mencapainya, dan hal-hal lain yang memang membuat kamu memilih dia.
Termasuk hal yang tidak disukai, seperti kalau dia terlalu sering bercanda bahkan ketika membicarakan hal serius atau ketika dia terlihat terlalu suka menunda-nunda pekerjaan.
Ini bisa menjadi bekal untuk menjalani rumah tangga, lho. Setidaknya, kita sama-sama merasa dihargai atas apa yang telah dilakukan, kamu dan pasangan juga jadi tahu apa saja yang bisa membuat kalian bertahan bila ada hal yang tak diharapkan terjadi di kemudian hari.
Sebaiknya, ini semua dibahas tuntas tanpa ada yang ditutup-tutupi. Good luck..!
——○●※●○——
Disalin dari http://thebridedept.com
Esha Ardhie
Kamis, 07 April 2016