MUQADDIMAH
"Akan aku kabulkan engkau dengan 3 permintaan". Mungkin itu kata-kata yang populer di telinga kita ketika mendengar ungkapan "Jin", sosok yang mampu mengabulkan keinginan atau permintaan-permintaan kita. Tentu saja ini adalah aqidah syirik yang banyak ditampilkan dalam tayangan-tayangan televisi yang justru banyak digemari masyarakat.
Allah ta’ala telah berfirman :
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقاً
“Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu itu menambah dosa dan kesalahan.” [QS. Al-Jin : 6]
Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh menukil penjelasan Imam Mulla Ali Al-Qari sebagai berikut :
Mulla Ali Al-Qari rahimahullah berkata,
لا يجوز الاستعاذة بالجن . فقد ذم الله الكافرين على ذلك وذكر الآية وقال : قال تعالى '6: 128' " ويوم يحشرهم جميعا يا معشر الجن قد استكثرتم من الإنس وقال أولياؤهم من الإنس ربنا استمتع بعضنا ببعض وبلغنا أجلنا الذي أجلت لنا قال النار مثواكم خالدين فيها إلا ما شاء الله إن ربك حكيم عليم " فاستمتاع الإنسى بالجني في قضاء حوائجه وامتثال أوامره وإخباره بشئ من المغيبات ، واستمتاع الجنى بالإنسى تعظيمه إياه ، وإستعاذته به وخضوعه له . انتهى ملخصاً .
"Tidak boleh ber-isti’adzah (meminta perlindungan) kepada jin. Allah telah mencela orang-orang kafir karenanya. Allah ta’ala telah berfirman :
"Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpun mereka semuanya, (dan Allah berfirman) : 'Hai segolongan jin (syetan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia'. Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia : 'Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebagian dari kami telah mendapat kesenangan dari sebagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami'. Allah berfirman : 'Neraka itulah tempat kediaman kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui'." (QS. Al-An’am: 128)
Kesenangan manusia dari jin adalah karena tercapai hajatnya, terlaksana perintah-perintahnya, dan pemberitaan jin untuknya tentang sesuatu yang ghaib. Kesenangan jin dari manusia adalah karena manusia mengagungkannya, berlindung, dan tunduk kepadanya”. Selesai perkataannya dengan cara diringkas. [1]
Salah satu bentuk meminta perlindungan kepada jin adalah ketika seseorang "permisi" saat melewati jalan yang gelap agar jin tersebut tidak mengganggunya, atau "numpang-numpang" ketika buang air baik di dalam ruangan ataupun di luar ruangan. Hal seperti ini tentunya banyak kita temui di masyarakat, sedangkan sikap yang seharusnya kita lakukan adalah meminta perlindungan kepada Allah.
ﻗُﻞْ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﺮَﺏِّ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ
Katakanlah : “Aku berlindung kepada Rabb (Yang memelihara dan menguasai) manusia." [QS. An-Nas: 1]
MANUSIA TIDAK DAPAT MELIHAT JIN TETAPI JIN DAPAT MELIHAT MANUSIA
Perlu diketahui bahwa jin berada di alam yang berbeda, bukan di alam manusia, bukan pula di alam malaikat. Makhluk ini dinamakan jin, karena memiliki sifat ijtinan (Arab: ﺍﺟﺘﻨﺎﻥ) yang artinya tersembunyi dan tidak terlihat.
Ibnul Faris dalam kamusnya mengatakan,
ﻓﺎﻟﺠﻦ ﺳﻤﻮﺍ ﺑﺬﻟﻚ ﻷﻧﻬﻢ ﻣﺴﺘﺘﺮﻭﻥ ﻋﻦ ﺍﻹﻧﺲ
"Jin dinamakan jin, karena mereka tidak terlihat oleh manusia." [2]
Allah ta'ala berfirman,
ﻳَﺎ ﺑَﻨِﻲ ﺁﺩَﻡَ ﻟَﺎ ﻳَﻔْﺘِﻨَﻨَّﻜُﻢُ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ﻛَﻤَﺎ ﺃَﺧْﺮَﺝَ ﺃَﺑَﻮَﻳْﻜُﻢ ﻣِّﻦَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻳَﻨﺰِﻉُ ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ ﻟِﺒَﺎﺳَﻬُﻤَﺎ ﻟِﻴُﺮِﻳَﻬُﻤَﺎ ﺳَﻮْﺁﺗِﻬِﻤَﺎ ۗ ﺇِﻧَّﻪُ ﻳَﺮَﺍﻛُﻢْ ﻫُﻮَ ﻭَﻗَﺒِﻴﻠُﻪُ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﻟَﺎ ﺗَﺮَﻭْﻧَﻬُﻢْ ۗ ﺇِﻧَّﺎ ﺟَﻌَﻠْﻨَﺎ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦَ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀَ ﻟِﻠَّﺬِﻳﻦَ ﻟَﺎ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ
"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia (iblis/setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman." [QS. Al-A’raf: 27]
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa manusia tidak dapat melihat jin, yaitu jin dalam bentuk aslinya. Karena jin terkadang menampakkan dirinya dalam bentuk yang lain sehingga dapat terlihat oleh manusia.
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan,
ﺃﻥ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﻣﻦ ﺷﺄﻧﻪ ﺃﻥ ﻳﻜﺬﺏ، ﻭﺃﻧﻪ ﻗﺪ ﻳﺘﺼﻮﺭ ﺑﺒﻌﺾ ﺍﻟﺼﻮﺭ ﻓﺘﻤﻜﻦ ﺭﺅﻳﺘﻪ، ﻭﺃﻥ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ (ﺇﻧﻪ ﻳﺮﺍﻛﻢ ﻫﻮ ﻭﻗﺒﻴﻠﻪ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﻻ ﺗﺮﻭﻧﻬﻢ) ﻣﺨﺼﻮﺹ ﺑﻤﺎ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﺻﻮﺭﺗﻪ ﺍﻟﺘﻲ ﺧﻠﻖ ﻋﻠﻴﻬﺎ
“Setan memiliki kebiasaan berdusta, dan terkadang dia menjelma dengan berbagai bentuk sehingga memungkinkan untuk dilihat manusia. Sementara ayat, ‘Sesungguhnya, iblis dan golongannya bisa melihat kamu dari suatu tempat yang (di sana) kamu tidak bisa melihat mereka,’ khusus untuk keadaan ketika dia menampakkan dalam bentuknya yang asli, sesuai yang Allah ciptakan.” [3]
Manusia memang tak mungkin melihat bentuk asli jin, tetapi sebaliknya bahwa jin dapat melihat manusia sebagaimana firman Allah, "Sesungguhnya ia (iblis/setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat".
JANGAN PERLIHATKAN AURATMU KEPADA JIN
Sebagaimana yang kita tahu bahwa jin dapat melihat manusia, sudah tentu auratnya pun dapat terlihat ketika seseorang melepas pakaian ataupun ketika berada di kamar mandi. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun memberikan solusi agar aurat anak adam (manusia) dapat terjaga dari pandangan jin, yaitu dengan membaca 'Bismillah' sebelum memasuki tempat buang hajat (kamar mandi) atau membaca 'Bismillah' saat melucuti pakaian ketika di luar kamar mandi.
Dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺳِﺘْﺮُ ﻣﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺃَﻋْﻴُﻦِ ﺍﻟْﺠِﻦِّ ﻭَﺑَﻴْﻦَ ﻋَﻮْﺭَﺍﺕِ ﺑَﻨِﻲ ﺁﺩَﻡَ ، ﺇِﺫَﺍ ﺧَﻠَﻊَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﺛَﻮْﺑَﻪُ ﺃَﻥْ ﻳَﻘُﻮﻝَ : ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪ
"Penghalang antara pandangan mata jin dengan aurat bani adam (manusia) adalah apabila seseorang melepas pakaiannya, dia membaca 'Bismillah'." [4]
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺳَﺘْﺮُ ﻣَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺃَﻋْﻴُﻦِ ﺍﻟﺠِﻦِّ ﻭَﻋَﻮْﺭَﺍﺕِ ﺑَﻨِﻲ ﺁﺩَﻡَ: ﺇِﺫَﺍ ﺩَﺧَﻞَ ﺃَﺣَﺪُﻫُﻢُ ﺍﻟﺨَﻠَﺎﺀَ ، ﺃَﻥْ ﻳَﻘُﻮﻝَ: ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪ
"Penghalang antara pandangan mata jin dengan aurat bani adam (manusia) adalah apabila seseorang masuk kamar mandi, dia membaca 'Bismillah'." [5]
Imam An-Nawawi mengatakan,
ﻗﺎﻝ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ: ﻭﻳﺴﺘﺤﺐّ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺬﻛﺮ ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﻨﻴﺎﻥ ﺃﻭ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺤﺮﺍﺀ، ﻗﺎﻝ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﺭﺣﻤﻬﻢ ﺍﻟﻠﻪ : ﻳُﺴﺘﺤﺐّ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﺃﻭّﻻً : ”ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ” ﺛﻢ ﻳﻘﻮﻝ : ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇﻧﻲ ﺃﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣﻦ ﺍﻟﺨُﺒْﺚِ ﻭﺍﻟﺨَﺒﺎﺋِﺚ
"Para ulama madzhab kami (syafiiyah) mengatakan, ‘Dianjurkan membaca basmalah ini, baik ketika buang air di dalam bangunan atau di luar rumah.’ Mereka juga menjelaskan, dianjurkan untuk membaca: ’Bismillah’ terlebih dahulu, kemudian membaca:
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇﻧﻲ ﺃﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣﻦ ﺍﻟﺨُﺒْﺚِ ﻭﺍﻟﺨَﺒﺎﺋِﺚ
(Allahumma inni a’udzu bika minal khubtsi wal khobaits) 'Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan dan segala sebab keburukan'." [6]
Keterangan Tambahan
Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan,
ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰُّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﺇِﺫَﺍ ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺨَﻼَﺀَ ﻗَﺎﻝَ « ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻰ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨُﺒُﺚِ ﻭَﺍﻟْﺨَﺒَﺎﺋِﺚِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika memasuki jamban, beliau ucapkan: 'Allahumma inni a’udzu bika minal khubutsi wal khobaits' (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan [7])." [8]
Untuk do’a “Allahumma inni a’udzu bika minal khubutsi wal khobaits”, boleh juga dibaca "Allahumma inni a’udzu bika minal khubtsi wal khobaits" (denga ba’ yang disukun). Bahkan cara baca khubtsi (dengan ba’ disukun) itu lebih banyak di kalangan para ulama hadits sebagaimana dikatakan oleh Al Qodhi Iyadh rahimahullah. Sedangkan mengenai maknanya, ada ulama yang mengatakan bahwa makna khubtsi (dengan ba’ disukun) adalah gangguan setan, sedangkan khobaits adalah maksiat. [9]
Jadi, cara baca dengan khubtsi (dengan ba’ disukun) dan khobaits itu lebih luas maknanya.
***
Allahu a'lam..
Jakarta, 23 Rabiul Akhir 1436
Esha Ardhie
Catatan :
[1] Lihat kitab Fathul-Majid fii Syarhi Kitaabit-Tauhid karya Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh rahimahullah, Maktabah Taufiqiyyah, halaman 153-154.
[2] Maqayis al-Lughah, madah; janna.
[3] Fathul Bari, 4/489.
[4] HR. Ibnu Adi, At-Thabrani dalam Mu’jam Al-Ausath, Al-Hafidz Ibnu Hajar no. 37 dalam Al-Mathalib Al-Aliyah.
[5] HR. At-Tirmidzi 606, Ibnu Majah 297 dan dishahihkan oleh Syaikh Albany didalam Irwa’ al-Ghalil 50.
[6] Al-Adzkar, hlm. 26.
[7] Pengertian setan laki-laki dan setan perempuan sebagaimana dikatakan oleh Al Imam Abu Sulaiman Al Khottobi. Lihat Al Minjah Syarh Shahih Muslim bin Al Hajjaj, Yahya bin Syarf An Nawawi, 4/71, Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua, 1392.
[8] HR. Bukhari no. 142 dan Muslim no. 375.
[9] Al Minjah Syarh Shahih Muslim, 4/71.