10 Faedah Perbedaan Mukjizat Para Nabi Dengan Kemampuan Tukang Sihir Atau Dukun
Oleh : Ustadz Yani Fahriansyah
Jika orang awam bertanya, apa beda mukjizat para nabi dengan kelebihan yang dimiliki dukun dan tukang sihir, inilah jawabannya..
> Pertama
Malaikatlah yang turun dan menjadi salah satu wasilah wahyu para nabi. Ini salah satu bentuk pemuliaan dan kemuliaan para utusan Allah itu. Sementara para tukang sihir dan para pengikut setianya, maka syaitan dan jinlah yang datang menemui, mengajarkan, dan membantu mereka. Kesehariannya selalu berhubungan dengan syaitan..
> Kedua
Sihir terpondasikan di atas bangunan kezhaliman, kesyirikan, kedustaan, dan hal-hal lain yang Allah murkai dan larang. Aksi serangan sihir selalu saja ditengarai untuk mencelakakan pihak lain. Amat jauh bedanya dengan para nabi. Mereka, di bumi, menyerukan tauhid kepada Allah, keadilan, kejujuran, dan kedamaian..
> Ketiga
Para tukang sihir dan serangan sihir yang terlihat luar biasa dan di luar nalar sejatinya bisa dicancel, dibatalkan, ditolak, dan dihentikan dengan tukang sihir dan pengaruh sihir lain yang lebih berkekuatan..
Namun kelebihan mukjizat para nabi tak akan ada seorang pun yang mampu menahan, menghalau, dan menolaknya. Karena itu, para tukang sihir Firaun segera mengimani Musa setelah mereka yakin bahwa kemampuan yang dimiliki Musa bukan termasuk jenis sihir manapun..
> Keempat
Karamah pengikut para nabi menunjukkan kebenaran para nabi. Bertolak belakang dengan "kelebihan" yang dimiliki para tukang sihir yang menunjukkan bahwa mereka adalah tukang sihir dan pengikut para syaitan..
> Kelima
Tujuan dan misi sihir adalah tersebarnya kerusakan dan kehancuran. Karena itu, tidak akan berkah dan damai sebuah desa atau daerah yang dihuni tukang sihir. Sementara misi dan tujuan para nabi adalah membawa dan menyebarkan kebaikan, keadilan, perbaikan, dan ibadah kepada Allah yang tak memiliki sekutu..
> Keenam
Kemampuan sihir dan yang sejenisnya diraih dengan usaha dan mempelajari sihir itu sendiri. Sementara derajat kenabian murni pilihan Allah dan tidak digapai dengan cara berusaha atau belajar..
> Ketujuh
Hal-hal luar biasa berupa kemampuan yang dimiliki tukang sihir bisa dimiliki oleh jin dan manusia manapun, termasuk hewan, seperti terbang dan berjalan di atas air dan lain-lain..
Sementara kelebihan para nabi berupa mukjizat khusus untuk para nabi saja dan tak bisa dilakukan dan digapai oleh makhluk manapun di bumi ini selain para nabi itu, seperti turunnya kitab-kitab, pembicaraan langsung Musa dengan Allah, dan lain-lain..
> Kedelapan
Para nabi saling meyakini dan membenarkan satu sama lain. Nabi yang satu meyakini dan membenarkan keberadaan dan ajaran nabi yang lain, baik mereka sezaman atau tidak. Tidak mungkin dan mustahil bagi mereka untuk saling membunuh. Ini bertentangan dengan logika dan tujuan mereka diutus..
Amat berbeda dengan tukang sihir yang tidak meyakini dan membenarkan satu sama lain. Mereka saling mendustai, bahkan saling membunuh. Ini adalah realita di kalangan tukang sihir. Tak sedikit di antara mereka yang mati akibat serangan dukun lain..
> Kesembilan
Sekiranya derajat kenabian digapai dengan usaha manusia maka metode dan jalan terbaik yang mesti ditempuh adalah dengan keadilan, kejujuran, tazkiyyah an-nafs dan tentunya yang paling utama adalah beribadah kepada Allah dengan tauhid yang benar dan shahih serta jauh dari jenis kesyirikan apapun..
Hal ini begitu berbanding terbalik dengan usaha untuk menjadi dukun dan tukang sihir yang tak akan dicapai kecuali dengan kesyirikan kepada Allah, kezhaliman, kedustaan, maksiat, dan hal-hal lain yang menginjak harga diri dan kemuliaan agama Allah..
> Kesepuluh
Walaupun ujian hidup para nabi lebih dahsyat dibanding ujian kehidupan umatnya, kehidupan para nabi adalah kehidupan yang penuh kebahagiaan dalam balutan dan rengkuhan iman. Hati dan jiwa mereka diliputi kebahagiaan yang tiada tara. Begitu pula akhir kematian mereka adalah kematian yang dipenuhi iman dan keridhaan walaupun tetap merasakan sakaratul maut..
Amat jauh bertolak belakang dengan kehidupan para tukang sihir yang terbelenggu oleh kesengsaraan dan kehinaan. Tak ada kebahagiaan pada diri mereka selain bahagia melihat derita dan kematian orang lain sebagai pertanda keberhasilan serangan sihirnya, dan bahagia saat melihat setumpuk amplop sebagai upah dari para kliennya..
Iri, dengki, kecewa, egois, kikir, tamak, kesombongan, angkuh, tak mau mengalah, dan sejuta penyakit hati lainnya yang bersarang di jiwa tukang sihir telah menghalanginya dari cahaya iman dan hidayah. Dan kematian mereka adalah momen tragis yang pernah mereka lalui sepanjang hidupnya sebagai buah dari kelamnya kejahatan dan kesyirikan yang mereka lakukan..
Baca Juga : Kaidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah: Hukum Shalat Di Belakang Ahli Bid'ah
***
Disarikan dan dikembangkan dengan banyak perubahan dari kitab Makayid as-Syaithan fiy Masa-il al-I’tiqad karya Dr. Qadzlah bintu Muhammad al-Qahthaniy, hal 407-409, penerbit: Dar al-Fadhilah, Riyadh.
——○●※●○——
Esha Ardhie
Ahad, 16 Juli 2016
*Judul artikel ini dibuat oleh kami