Hubungan Antara Jenis Makanan Dan Karakter Orang Yang Memakannya
Pertanyaan :
Apa hikmah pengharaman daging babi dan keledai dalam Dienul Islam? Adakah hubungan antara jenis makanan dan orang yang memakannya?
Jawaban :
Ahamdulillah. Ibnul Qayyim berkata,
“Seseorang akan memiliki kemiripan karakter dan sifat dengan jenis makanan yang dikonsumsinya. Sebagaimana hikmah Allah pada makhluk-Nya juga berlaku pada syariat dan perintah-Nya. Oleh karena itu Allah mengharamkan segala perkara yang jelek atas hamba-hamba-Nya.
Sebab jika mereka mengkonsumsinya maka makanan yang jelek itu akan menjadi bagian dari tubuh mereka. Akibatnya bagian-bagian tubuh mereka akan mirip dengan jenis makanan tersebut. Jadi seseorang akan memiliki kemiripan dengan makanan yang dikonsumsinya, bahkan makanan tersebut akan menyatu dengan dirinya. Oleh sebab itu pula manusia lebih lurus tabiatnya daripada tabiat hewan karena makanan yang dikonsumsi juga lebih bagus.
Mengkonsumsi darah dan daging hewan buas akan mewariskan sifat hewani dan setani kepada orang yang memakannya. Dan salah satu keelokan syariat adalah pengharaman jenis-jenis makanan tersebut. Kecuali jika terbenturan dengan maslahat yang jelas, seperti dalam keadaan darurat.
Oleh sebab itu pula, ketika kaum Nasrani mengkonsumsi daging babi, maka terwarisi jugalah sifat keras kepala dan keras hati pada mereka. Demikian pula orang yang mengkonsumsi daging binatang buas dan anjing, maka ia pun mewarisi kekuatan binatang-binatang itu. Karena kekuatan setani adalah kekuatan yang telah bisa masuk kepada binatang-binatang buas yang bertaring tersebut dan memang telah ditetapkan baginya, maka syariat pun mengharamkannya.
Demikian pula halnya unta, kekuatan setani bisa masuk kepadanya, maka siapa saja yang memakan dagingnya diperintahkan untuk berwudhu. Dan begitu pula keledai, sifat-sifat keledai akan melekat pada diri yang memakan dagingnya, maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam melarang kita memakan daging keledai piaraan. Disebabkan darah merupakan tempat mengalirnya setan maka Allah mengharamkannya.
Barangsiapa yang memperhatikan hikmah Allah Ta’ala pada makhluk-makhluk-Nya dan syariat-Nya dan membandingkan antara keduanya, niscaya akan terbuka baginya ma’rifah asma Allah dan sifat-sifat-Nya.”
[Silahkan baca At-tibyaan fi Ahkamil Qur’an karangan Ibnul Qayyim, I/236]
Sumber : Islamqa.Info
***
Jangan lupa untuk membagikan artikel ini kepada teman dan kerabat, kita tidak pernah tahu berapa banyak orang yang akan terbantu dengan langkah kecil ini..
Esha Ardhie
Jum'at, 02 Oktober 2015