10 Jenis Kata-Kata Kaku Yang Sering Diucapkan Seorang Suami Kepada Istrinya

10 Jenis Kata-Kata Kaku Yang Sering Diucapkan Seorang Suami Kepada Istrinya

Kata-Kata Yang Kaku

Setiap laki-laki atau suami mempunyai gaya berbahasa yang khas, kamus kosa kata mereka adalah mewakili pribadi mereka sebagai seorang laki-laki yang kuat. Lafadz kata-katanya pun punya ciri khas yang selalu digunakan dalam berinteraksi dan bermuamalah dengan lawan bicaranya..

Laki-laki adalah sosok pekerja keras. Karena itu, kepribadian ini sangat mempengaruhi cara berbahasa mereka yang tegas, keras, bahkan dalam beberapa situasi terdengar kaku..

Sebagian suami gagal atau kurang bisa membedakan waktu berbicara kepada mitra kerja dan waktu berbicara kepada istrinya. Bahasa yang digunakan satu bentuk, tegas, berani, dan kadang terdengar kaku..

Di sini saya akan memberitahu beberapa contoh kata atau kalimat yang saya maksud..

1. "Tidak... tidak.."

Hanya satu suku kata, namun seringkali berulang terdengar, tiga sampai empat kali. Kata ini memuat makna pelanggaran secara tegas atau tidak setuju secara tegas; tidak menerima kompromi dan diskusi. Kata ini memang cocok tatkala dipraktikan di dunia kerja, cocok didengar oleh staf kantor, namun tidak cocok ketika diperdengarkan kepada istri, sebab itu akan menghadirkan kesedihan dan kegalauan..

2. "Saya seorang laki-laki, karena itu... Saya lebih tahu dari kamu.."

Kata-kata seperti ini dan sejenisnya sering terdengar secara spontan dari mulut suami; bahkan cenderung menjadi senjatanya untuk memperlihatkan bahwa ia lebih unggul dan lebih hebat dari istrinya. Ia mengucapkannya tanpa beban. Seolah-olah ia telah menguasai semua ilmu dan tindakannya telah direkomendasikan oleh agama langit..

Sesuatu yang seyogyanya disadari bahwa tindakan suami itu tidak selalu benar. Ia bukanlah sosok yang menerima hikmah sejak masa buaian. Tidak ada alasan untuk merasa benar dan hebat dari makhluk lain, terutama kepada istri. Percayalah kepadaku wahai saudaraku, bahwa engkau bukanlah seorang diri sebagai laki-laki di muka bumi ini; dan tidak semua yang diucapkan itu selalu benar adanya..

3. "Engkau tidak mengetahui apa yang aku ketahui.."

Ungkapan-ungkapan yang sejenis ini lebih menandakan bahwa sang suami telah terpedaya dan tertipu oleh keperkasaan sebagai seorang laki-laki..

4. "Itu merupakan kewajibanmu.."

Ungkapan ini sering dikatakan seorang suami kepada istrinya bahwa pekerjaan berat yang telah ditunaikan oleh sang istri memang merupakan kewajiban yang harus ia tunaikan; ia bukanlah keistimewaannya. Kalimat di atas merupakan sebuah ekspresi yang sering diutarakan oleh suami ketika ia ingin membatasi atau menyempitkan ruang gerak istrinya, padahal secara sederhana sang suami bisa mengingatkan sesuatu yang diinginkannya, tanpa meletakkan sebuah batasan atau menuduhnya telah lalai dengan kewajibannya. Dan tanpa dibahasakan pun, memang kemampuan istri tidak sekuat dan sehebat para suami..

5. "Engkau selalu... sengaja... berupaya... bertekad... dan seterusnya.."

Kata "selalu" dan sejenisnya sebenarnya ungkapan menuduh atau mengklaim. Ia adalah ungkapan untuk menguatkan dan menegaskan. Padahal, ungkapan penegasan dan penguatan ini lebih cocok ketika digunakan ketika berkomunikasi kepada karyawan, atau sedang berinteraksi dengan berkas-berkas dan file-file. Ia sangat tidak cocok ketika dipakai dalam hubungan kemanusiaan secara umum, dan terlebih khusus kepada pasangan hidupmu yang jelas-jelas membutuhkan kelembutan dan kasih sayang..

6. "Saya tidak ingin mendengar suara apa-apa.."

Ini adalah kata-kata yang sering keluar dari seorang diktator, dikeluarkan ketika emosi, marah, pikirannya mentok. Padahal yang paling indah dan santun adalah meminta sesuatu dengan ramah, tenang, dan lemah lembut..

7. "Engkau sama saja seperti si fulan atau fulanah.."

Menyerupakan pasangan hidup dengan seorang sosok yang memiliki kekurangan adalah sesuatu yang paling tidak disukai oleh istri. Ini adalah kata-kata yang tidak terpuji. Padahal, tabiat manusia adalah merasa senang dengan kepribadiannya; semua orang tidak senang dibanding-bandingkan atau diserupakan dengan seseorang, terutama apabila seseorang itu memiliki banyak memiliki sifat negatif..

8. "Engkau tidak menghormati hasil kerjaku.."

Kehidupan adalah perjuangan. Saat istri merasa iba dan merasakan perjuangan keras dalam mencari nafkah, ia merupakan sesuatu yang disenangi oleh para suami..

9. "Selesai, tidak ada diskusi lagi.."

Ungkapan ini hanya cocok dikatakan kepada supir taksi, ketika menyodorkan ongkos bayaran kepadanya; atau dikatakan kepada karyawan yang meminta tambahan gaji bulanan. Akan tetapi, gaya berbahasa seperti ini jangan diungkapkan kepada istrimu. Sebab ia membutuhkan penafsiran, membutuhkan diskusi dan memahami sudut pandang dari setiap tindakan yang engkau lakukan; ia juga butuh dihormati dan tidak dinafikan kemuliannya sebagai seorang istri..

10. "Cukup..! Laksanakan saja apa yang saya katakan kepadamu.."

Ini adalah ungkapan bernada pemaksaan dan tidak membuka ruang diskusi kepada pasangan hidup. Hendaklah seorang suami membuka ruang demokrasi di dalam rumah tangganya, menghadirkan kebiasaan berdiskusi untuk membahas permasalahan-permasalahan rumah tangga agar tercapai keputusan yang disepakati oleh kedua belah pihak. Katakanlah wahai para suami, nikmatilah suasana-suasana kontroversi dalam rumah tangga dan janganlah menguasai keadaan..

Tentu munculnya ungkapan-ungkapan kejantanan yang cenderung kaku dan merendahkan dalam sebuah rumah tangga akan menjadi semakin banyak atau semakin sedikit; sangat tergantung kepada bagaimana suami istri memuliakan perasaan-perasaan pasangannya; dan sangat tergantung kepada pemahaman yang baik dari keduanya bahwa semua pihak harus berinteraksi dengan cara yang lebih baik dan luwes..

Yang saya inginkan darimu wahai para suami, adalah tidak menyamakan cara berkomunikasi atau berdiskusi saat engkau sedang bekerja di kantor, berinteraksi dengan para karyawan atau sedang menghadapi kegalakan direktur dengan berkomunikasi kepada istrimu di rumah. Nikmatilah kehidupan rumah tanggamu dengan penuh kebahagiaan dan ketenangan.. [1]

Baca Juga : Cincin Mahal Setiap Tahun Atau Bunga Mawar Setiap Pekan?

***

Catatan :

[1] Namun di bagian-bagian sebelumnya, penulis justru memberi toleransi yang luas kepada kaum istri jika mereka suka bicara, suka membahas hal-hal pribadi, dan berlebihan dalam berkata-kata. Seolah jika istri yang melakukan hal itu, si penulis membolehkannya. Edt..

——○●※●○——

Sumber : Bahasa Cinta Suami Istri (edisi terjemah) halaman 142-246. Penulis : Karim Syadzili. Judul Asli : لغات الحب. Penerjemah : Muhammad Yasir. Penerbit : Al-Kautsar, cetakan pertama, Oktober 2012

Disalin ulang oleh : Esha Ardhie
Senin, 10 Agustus 2015


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." [HR. Muslim no. 1893]


Blognya Esha Ardhie Updated at: 14.12.00
Please Feel Free to Share