Pepatah Arab - Sahabat Bagaikan Kayu Gaharu


Sebuah pepatah mengatakan :

ﺗُﺮِﻳْﺪُ ﺻَﺎﺣِﺒًﺎ ﻻَ ﻋَﻴْﺐَ ﻓِﻴْﻪِ..؟
ﻓَﻬَﻞِ ﺍﻟْﻌُﻮْﺩُ ﻳَﻔُﻮْﺡُ ﺑِﻼَ ﺩُﺧَﺎﻥِ..؟

Engkau ingin memiliki seorang sahabat yang tidak ada kesalahannya sama sekali..?
Maka apakah kayu gaharu bisa mengeluarkan harum wanginya tanpa ada asapnya..??

MUQADDIMAH

Sahabat sejati. Banyak orang yang mencari dan selalu mendambakannya, namun tampaknya begitu sulit untuk kita temukan. Salah persepsi, mungkin itu salah satu alasannya. Apakah sahabat sejati adalah orang yang tak pernah berbuat salah? Apakah sahabat sejati adalah orang yang selalu mendukung kita dalam semua keadaan? Ataukah orang yang selalu bersama dan harus selalu ada disaat kita membutuhkannya? Atau adalah orang yang menceritakan semua permasalahan hidupnya dan membeberkan semua rahasianya kepada kita? Ataukah sahabat sejati adalah orang yang tidak boleh mencari sahabat lain selain diri kita..??

Mungkin ada benarnya bahwa kita telah salah persepsi, tetapi hal yang terpenting adalah karena bangunan kita terlalu lemah, ikatan persahabatan kita hanya sebatas tentang perkara-perkara dunia, sedangkan urusan dunia ini akan berkesudahan. Dengan berakhirnya urusan dunia itu pun menandakan berakhirnya pula persahabatan, setelah itu maka ibarat dua buih yang bertemu maka angin akan segera memisahkannya..

Rasulullah shalallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ﺃَﻭْﺛَﻖُ ﻋُﺮَﻯ ﺍْﻹِﻳْﻤَﺎﻥِ ﺍﻟْﺤُﺐُّ ﻓِﻲ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟْﺒُﻐْﺾُ ﻓِﻲ ﺍﻟﻠﻪِ

"Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah." [HR. At-Tirmidzi]

Allah ta’ala berfirman:

ﺍﻟْﺄَﺧِﻠَّﺎﺀُ ﻳَﻮْﻣَﺌِﺬٍ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﻟِﺒَﻌْﺾٍ ﻋَﺪُﻭٌّ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟْﻤُﺘَّﻘِﻴﻦَ

"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa." [QS. Az-Zukhruf: 67]

Syaikh Shalih al-Fauzan mengatakan, "Tidak tersisa selain kecintaan sesama orang-orang yang bertakwa, karena ia dibangun di atas landasan yang benar, ia akan tetap kekal di dunia dan di akhirat. Adapun kecintaan antara orang-orang kafir dan musyrik, maka ia akan terputus dan berubah menjadi permusuhan." [Syarh Ba’dhu Fawa’id Surah al-Fatihah, hal. 15]

Ibnu ‘Abbas berkata:

من أحب في الله، وأبغض في الله، ووالى في الله، وعادى في الله، فإنما تنال ولاية الله بذلك، ولن يجد عبد طعم الإيمان وإن كثرت صلاته وصومه حتى يكون كذلك. وقد صارت عامة مؤاخاة الناس على أمر الدنيا، وذلك لا يجدي على أهله شيئا.

"Siapa yang mencintai dan benci karena Allah, berteman dan memusuhi karena Allah, sesungguhnya pertolongan Allah itu diperoleh dengan demikian itu. Seorang hamba tidak adakn bisa merasakan kenikmatan iman walaupun banyak melakukan shalat dan puasa sampai dirinya berbuat demikian itu. Sungguh, kebanyakan persahabatan seseorang itu hanya dilandaskan karena kepentingan dunia. Persahabat seperti itu tidaklah bermanfaat bagi mereka." [Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir disebutkan dalam Kitab Tauhid Syaikh Muhammad At-Tamimi]

Al-Hasan Al-Bashri berkata:

إنَّ أحبَّ عبادِ الله إلى الله الذين يُحببون الله إلى عباده ويُحببون عباد الله إلى الله ، ويسعون في الأرض بالنصيحة

"Sesungguhnya hamba yang dicintai di sisi Allah adalah yang mencintai Allah lewat hamba-Nya dan mencintai hamba Allah karena Allah. Di muka bumi, ia pun memberi nasehat pada orang lain." [Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1/224]

Maka persahabatan atas dasar takwa inilah yang akan tetap hidup sebagaimana ketakwaan itu sendiri yang akan terus menghidupkan sebuah hati. Dan takwa ini tidak mungkin dimiliki oleh orang-orang non muslim, sungguh mengherankan dan termasuk KEBODOHAN jika ada seseorang yang mengaku beriman justru menjadikan non muslim atau orang-orang kafir itu sebagai pemimpin, kawan dekat, atau pun sahabatnya..

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Bahwasannya seorang mukmin wajib dicurahkan kepadanya kecintaan dan kasih sayang meskipun mendhalimi dan menganggu kamu, dan seorang kafir wajib dicurahkan kepadanya kebencian dan permusuhan meskipun selalu memberi dan berbuat baik kepadamu."

Al ‘Allamah Abu Ath-Thoyyib Shidiq bin Hasan Al-Bukhari rahimahullah dalam kitabnya berkata:

وأما من يمدح النصارى ، ويقول إنهم أهل العدل ، أو يحبّون العدل ، ويكثر ثناءهم في المجالس ، ويهين ذكر السلطان للمسلمين ، وينسب إلى الكفار النّصيفة وعدم الظلم والجور ؛ فحكم المادح أنه فاسق عاص مرتكب لكبيرة ؛ يجب عليه التوبة منها والندم عليها ؛ إذا كان مدحه لذات الكفار من غير ملاحظة الكفر الذي فيهم . فإن مدحهم من حيث صفة الكفر فهو كافر

"Siapa saja yang memuji orang Nashrani, menyatakan mereka adalah orang yang adil, orang Nashrani itu mencintai keadilan, pujian seperti ini pun banyak disuarakan di majelis, maka yang memuji termasuk orang fasik dan pelaku dosa besar. Sedangkan sikapnya untuk pemimpin atau raja muslim jadi dihinakan. Adapun orang kafir diagung-agungkan dan tidak pernah disebut zalim. Orang yang melakukan seperti itu wajib bertaubat dan menyesal atas sikapnya." [Al-‘Ibrah, hal. 245]

BAGAIKAN KAYU GAHARU

Suamimu bukanlah Malaikat. Istrimu bukanlah Bidadari. Dan sahabatmu bukanlah seorang Nabi. Kesalahan dan kekurangan tak mungkin lepas dari raut wajahnya. Ibarat kayu gaharu yang ketika dibakar dapat menghasilkan harum mewangi, tetapi ia juga mengeluarkan asap yang bisa membuatmu merasa terganggu. Walau demikian, bersabarlah wahai sahabatku..

Basyaar bin Burod berkata:

ﺇِﺫَﺍ ﻛُﻨْﺖَ ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﺍﻟْﺄُﻣُﻮْﺭِ ﻣُﻌَﺎﺗِﺒًﺎ..
ﺻَﺪِﻳْﻘَﻚَ ﻟَﻢْ ﺗَﻠْﻖَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻻَ ﺗُﻌَﺎﺗِﺒُﻪُ..

Jika engkau pada setiap perkara selalu mencela sahabatmu..
Maka engkau tidak menemukan sahabat yang tidak kau cela..

ﻓَﻌِﺶْ ﻭَﺍﺣِﺪًﺍ ﺃَﻭْ ﺻِﻞْ ﺃَﺧَﺎﻙَ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ..
ﻣُﻘَﺎﺭِﻑُ ﺫَﻧْﺐٍ ﻣَﺮَّﺓً ﻭَﻣُﺠَﺎﻧِﺒُﻪُ..

Jika demikian maka hiduplah engkau sendirian..
Atau jalinlah persahabatan dengan saudaramu karena sesungguhnya ia terkadang melakukan kesalahan dan terkadang menjauhi kesalahan.. [Lihat Taarikh Baghdad 7/610, tahqiq Basyar ' Awwad].

Al-Imam As-Syafi'i rahimahullah menuturkan syair yang patut kita renungkan. Beliau berkata:

إَذَا رُمْتَ أَنْ تَحْيَا سَلِيْماً مِنَ الرَّدَى..
وَدِيْنُكَ موفورٌ وَعِرْضُكَ صَيِّنُ..

Jika engkau ingin hidup selamat dari kehinaan..
Agamamu terjaga demikian pula harga dirimu..

فَلاَ يَنْطِقَنْ مِنْكَ اللِّسَانُ بِسَوْأَةٍ..
فَكُلُّكُ سَوْءَاتٌ وَلِلنَّاسِ أَلْسُنُ..

Maka janganlah sekali-kali lisanmu mengucapkan keburukan..
Sesungguhnya seluruh dirimu adalah kekurangan dan orang-orang juga memiliki lisan (yang bisa mencelamu)..

وَعَيْنَاكَ إنْ أَبْدَتْ إِلَيْكَ مَعَايِباً..
فَدَعْهَا ، وَقُلْ يَا عَيْنُ لِلنَّاسِ أَعْيُنُ..

Dan jika kedua matamu melihat aib-aib (orang lain)..
Maka tinggalkanlah dan katakanlah kepada matamu, “Wahai mataku, sesungguhnya orang-orang juga memiliki mata”..

وَعَاشِرْ بِمَعْرُوفٍ ، وَسَامِحْ مَنِ اعْتَدَى..
وَدَافِعْ وَلَكِنْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ..

Hendaknya engkau bergaul dengan cara yang baik, maafkanlah orang yang bersalah kepadamu..
Serta tolaklah kesalahan orang tersebut akan tetapi dengan cara yang terbaik..

HAL YANG DAPAT MENGOKOHKAN PERSAHABATAN

1. Menyebarkan Salam

ﻻَ ﺗَﺪْﺧُﻠُﻮْﻥَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺣَﺘَّﻰ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮْﺍ ﻭَﻻَ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮْﺍ ﺣَﺘَّﻰﺗَﺤَﺎﺑُّﻮْﺍ، ﺃَﻭَﻻَ ﺃَﺩُﻟُّﻜُﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﺷَﻲْﺀٍ ﺇِﺫَﺍ ﻓَﻌَﻠْﺘُﻤُﻮْﻩُ ﺗَﺤَﺎﺑَﺒْﺘُﻢْ، ﺃَﻓْﺸُﻮﺍ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡَ ﺑَﻴْﻨَﻜُﻢْ

"Tidaklah kalian masuk Surga sehingga kalian beriman, tidakkah kalian beriman sehingga kalian saling mencintai, Maukah kamu aku tunjukkan tentang sesuatu yang apabila kalian melakukannya akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian." [HR. Muslim, 2/35]

2. Saling Memberi Hadiah

ﺗَﻬَﺎﺩَﻭْﺍ ﺗَﺤَﺎﺑُّﻮْﺍ

"Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai." [HR. Al-Bukhari dalam Adabul Mufrad, hal 120 dan Baihaqi, 6/169 dengan sanad hasan]

3. Saling Mengunjungi

ﻳَﺎ ﺃَﺑَﺎ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ! ﺯُﺭْ ﻏِﺒًّﺎ ﺗَﺰْﺩَﺩْ ﺣُﺒًّﺎ

"Wahai Abu Hurairah! berkunjunglah engkau dengan baik tidak terlalu sering dan terlalu jarang, niscaya akan bertambah sesuatu dengan kecintaan." [HR.Thabrani dan Baihaqi dengan sanad shahih]

4. Meninggalkan Perbuatan Dosa

ﻣَﺎ ﺗَﻮَﺍﺩَّ ﺍﺛْﻨَﺎﻥِ ﻓِﻲ ﺍﻟﻠﻪِ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﺃَﻭْ ﻓِﻲ ﺍْﻹِﺳْﻼَﻡِ ﻓَﻴَﻔْﺮُﻕُ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻤَﺎ ﺇِﻻَّ ﺑِﺬَﻧْﺐٍ ﻳُﺤْﺪِﺛُﻪُ ﺃَﺣَﺪُﻫُﻤَﺎ

"Tidaklah dua orang yang saling mencintai karena Allah atau karena Islam kemudian berpisah kecuali salah satu dari keduanya telah melakukan dosa." [HR. Al-Bukhari dalam Adabul Mufrad, hal. 84, hasan]

5. Tidak Mengghibah dan Tidak Mencari-Cari Aibnya

ﻳَﺎ ﻣَﻌْﺸَﺮَ ﻣَﻦْ ﺁﻣَﻦَ ﺑِﻠِﺴَﺎﻧِﻪِ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺪْﺧُﻞِ ﺍﻟْﺈِﻳﻤَﺎﻥُ ﻗَﻠْﺒَﻪُ ﻟَﺎ ﺗَﻐْﺘَﺎﺑُﻮﺍ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴﻦَ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺘَّﺒِﻌُﻮﺍ ﻋَﻮْﺭَﺍﺗِﻬِﻢْ، ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻣَﻦِ ﺍﺗَّﺒَﻊَ ﻋَﻮْﺭَﺍﺗِﻬِﻢْ ﻳَﺘَّﺒِﻊُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻮْﺭَﺗَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺘَّﺒِﻊِ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻮْﺭَﺗَﻪُ ﻳَﻔْﻀَﺤْﻪُ ﻓِﻲ ﺑَﻴْﺘِﻪِ

"Wahai sekalian manusia yang telah beriman dengan lisannya namun belum masuk iman
itu ke dalam hatinya. Janganlah kalian mengghibah kaum muslimin, dan jangan kalian mencari-cari aib mereka. Barangsiapa yang mencari-cari aib mereka, niscaya Allah akan mencari-cari aibnya. Dan barangsiapa yang Allah cari-cari aibnya, niscaya akan disingkap kejelekannya meskipun di rumahnya sendiri." [HR. Abu Dawud no. 4880. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Daawud, 3/197]

Dan seperti inilah sosok Imam Ahmad bin Hanbal:

ﺃَﺧْﺒَﺮَﻧِﻲ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟْﻜَﺮِﻳﻢِ ﺑْﻦُ ﺍﻟْﻬَﻴْﺜَﻢِ ﺍﻟْﻌَﺎﻗُﻮﻟِﻲُّ، ﻗَﺎﻝَ: ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺃَﺑَﺎ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ، ﺳُﺌِﻞَ ﻋَﻦِ " ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﻳَﺴْﻤَﻊُ ﺣِﺲَّ ﺍﻟﻄَّﺒْﻞِ ﻭَﺍﻟْﻤِﺰْﻣَﺎﺭِ، ﻭَﻻ ﻳَﻌْﺮِﻑُ ﻣَﻜَﺎﻧَﻪُ؟ ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻭَﻣَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻚَ؟ ﻭَﻗَﺎﻝَ: ﻣَﺎ ﻏَﺎﺏَ ﻓَﻼ ﺗُﻔَﺘِّﺶْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ "

Telah mengkhabarkan ‘Abdul-Kariim bin Al-Haitsam Al ‘Aaquuliy bahwa ia berkata : Aku mendengar Abu ‘Abdillah (Ahmad bin Hanbal) ditanya tentang seseorang yang mendengar tabuhan kendang dan tiupan seruling, namun tidak diketahui dari mana asal suaranya. Abu ‘Abdillah berkata: "Lantas, ada urusan apa denganmu?". Lalu beliau melanjutkan: "Sesuatu yang tidak kamu lihat, maka jangan kamu cari-cari/selidiki sebabnya." [Diriwayatkan oleh Al Khallaal dalam Al-Amru bil-Ma’ruuf wan-Nahyu ‘anil-Munkar, hal. 49]

6. Menutupi Aib-Aibnya

ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢُ ﺃَﺧُﻮ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻢِ ﻟَﺎ ﻳَﻈْﻠِﻤُﻪُ ﻭَﻟَﺎ ﻳُﺴْﻠِﻤُﻪُ، ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻲ ﺣَﺎﺟَﺔِ ﺃَﺧِﻴﻪِ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓِﻲ ﺣَﺎﺟَﺘِﻪِ، ﻭَﻣَﻦْ ﻓَﺮَّﺝَ ﻋَﻦْ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ ﻛُﺮْﺑَﺔً ﻓَﺮَّﺝَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻛُﺮْﺑَﺔً ﻣِﻦْ ﻛُﺮُﺑَﺎﺕِ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ، ﻭَﻣَﻦْ ﺳَﺘَﺮَ ﻣُﺴْﻠِﻤًﺎ ﺳَﺘَﺮَﻩُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ"

"Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lainnya. Tidak boleh mendhaliminya dan tidak boleh pula menyerahkan kepada orang yang hendak menyakitinya. Barangsiapa yang memperhatikan kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan kesulitan seorang muslim, niscaya Allah akan melapangkan kesulitan-kesulitannya di hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi kesalahan seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi kesalahannya kelak di hari kiamat.” [HR. Al-Bukhari no. 2442]

Teladan dari seorang salaf:

ﻋَﻦْ ﻋِﻜْﺮِﻣَﺔَ، ﺃَﻥَّ ﻋَﻤَّﺎﺭَ ﺑْﻦَ ﻳَﺎﺳِﺮٍ ﺃَﺧَﺬَ ﺳَﺎﺭِﻗًﺎ، ﺛُﻢَّ ﻗَﺎﻝَ: ﺃَﺳْﺘُﺮُﻩُ ﻟَﻌَﻞَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﺴْﺘُﺮُﻧِﻲ

Dari ‘Ikrimah, bahwasannya ‘Ammaar bin Yaasir pernah menangkap seorang pencuri, kemudian berkata: "Aku menutupi kesalahannya, semoga Allah menutupi kesalahanku." [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq, 10/226 no. 18929]

7. Menjaga Rahasianya

ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﺇِﺫَﺍ ﺣَﺪَّﺙَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞَ ﺑِﺤَﺪِﻳْﺚٍ ﺛُﻢَّ ﺍﻟْﺘَﻔَﺖَ ﻋَﻨْﻪُ ﻓَﻬِﻲَ ﺃَﻣَﺎﻧَﺔٌ

"Jika seseorang mengabarkan kepada orang lain suatu kabar, kemudian ia berpaling dari orang yang dikabari tersebut maka kabar itu adalah amanah." [HR. At-Tirmidzi no. 1959 dan Abu Dawud no. 4868, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no. 1090]

Makna berpaling yaitu si penyampai kabar tatkala hendak menyampaikan kabarnya menengok ke kanan dan ke kiri karena khawatir ada yang mendengar. Sikapnya memandang ke kanan dan ke kiri menunjukkan bahwa dia takut kalau ada orang lain yang ikut mendengar pembicaraannya, dan dia mengkhususkan kabar ini hanya kepada yang akan disampaikan kabar tersebut. Seakan-akan dengan sikapnya itu ia berkata kepada orang yang diajak bicara, "Rahasiakanlah kabar ini..!" [Lihat Tuhfatul Ahwadzi, VI/81 dan ‘Aunul Ma’bud, XIII/178]

Al-Munaawi rahimahullah berkata:

ﻓَﻠَﻴْﺲَ ﻛُﻞُّ ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻷَﻣْﻮَﺍﻝِ ﺃَﻣِﻴْﻨًﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻰﺍﻷَﺳْﺮَﺍﺭِ ﺃَﻣِﻴْﻨًﺎ. ﻭَﺍﻟْﻌِﻔَّﺔُ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﺄَﻣْﻮَﺍﻝِ ﺃَﻳْﺴَﺮُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻌِﻔَّﺔِ ﻋَﻦِ ﺇِﺫَﺍﻋَﺔِ ﺍﻟْﺄَﺳْﺮَﺍﺭِ

"Tidak setiap orang yang amanah menjaga harta juga amanah menjaga rahasia. Menjaga diri dari harta lebih mudah dari pada menjaga diri untuk tidak menyebarkan rahasia." [Faidhul Qodir 1/493, syarh hadits no .985]

INDAHNYA SALING MENASEHATI

ﻳﻤﻮﺕ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺑﻤﻮﺕ ﺣﺎﻣﻠﻴﻪ، ﻭﻳﻔﻘﺪ ﺑﻔﻘﺪﺍﻥ ﺃﻫﻠﻪ ﻭﻣﻌﻠﻤﻴﻪ

"Ilmu akan mati bersama kematian pemiliknya, ilmu juga akan hilang bersama hilangnya pengajarnya."

Seorang sahabat sudah tentu menginginkan kebaikan (yang ia dapatkan) didapatkan pula oleh sahabatnya, demikianlah sahabat sejati, saling menasehati dan saling berbagi ilmu.

ﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ « ﺍﺟْﻠِﺴُﻮﺍ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺘَّﻮَّﺍﺑِﻴﻦَ ؛ ﻓَﺈِﻧَّﻬُﻢْ ﺃَﺭَﻕُّ ﺷَﻲْﺀٍ ﺃَﻓْﺌِﺪَﺓً» ﺍﻟﺰﻫﺪ ﻻﺑﻦ ﺍﻟﻤﺒﺎﺭﻙ (1/ 42)

Berkata Umar bin al-Khattab radhiyallahu 'anhu, "Duduklah bersama orang-orang yang bertaubat, karena merekalah yang hatinya paling lembut." [Az-Zuhud, Ibnu al-Mubarak, 1/42]

Allah Ta’ala berfirman:

ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺴَﻦُ ﻗَﻮْﻟًﺎ ﻣِﻤَّﻦْ ﺩَﻋَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻋَﻤِﻞَ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺇِﻧَّﻨِﻲ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴﻦَ

"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh, dan berkata: 'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri'." [QS. Fushshilat: 33]

Ibnu Katsir berkata, "Orang yang paling baik perkataannya adalah yang mengajak hamba Allah ke jalan-Nya." [Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 12/240]

Al-Alusi berkata, "Yang dimaksud ayat tersebut adalah orang yang berdakwah untuk mentauhidkan Allah dan taat kepada-Nya. Ayat ini mencakup setiap orang yang mengajak ke jalan Allah (termasuk da’i dan muadzin). Demikian pendapat Al Hasan Al Bashri, Maqotil dan mayoritas ulama." [Ruhul Ma’ani, 18/198]

Tidak dipungkiri lagi sebagaimana yang telah disebutkan bahwa sahabat pun memiliki kekurangan-kekurangan, baik dalam sikap maupun dalam hal penyampaian nasehat. Kadang kala sahabat kita bersikap tegas namun hilang pula rasa lembutnya, kadang kala rasa lembutnya lebih dominan sehingga hilanglah sikap tegasnya. Maka bersabarlah selama apa yang disampaikannya adalah kebenaran. Dan seorang pemberi nasehat pun kadang menyelisihi apa yang ia ucapkan, yaitu terkadang seseorang menasehatkan untuk menjauhi dosa tetapi suatu waktu ia justru melakukan dosa tersebut. Sahabat kita tetap seorang manusia yang jauh dari kata sempurna, terkadang sahabat kita menjauhi kesalahan dan terkadang pula ia melakukan kesalahan. Dan di sinilah letak keindahan saling menasehati..

Al-Hasan Al-Bashri pernah mengatakan, "Wahai sekalian manusia sungguh aku akan memberikan nasihat kepada kalian padahal aku bukanlah orang yang paling shalih dan yang paling baik di antara kalian. Sungguh aku memiliki banyak maksiat dan tidak mampu mengontrol dan mengekang diriku supaya selalu taat kepada Allah. Andai seorang mukmin tidak boleh memberikan nasihat kepada saudaranya kecuali setelah mampu mengontrol dirinya niscaya hilanglah para pemberi nasihat dan minimlah orang-orang yang mau mengingatkan."[Tafsir Qurthubi, 1/410]

Imam Nawawi mengatakan, "Para ulama menjelaskan orang yang melakukan amar makruf dan nahi mungkar tidaklah disyaratkan haruslah orang yang sempurna, melaksanakan semua yang dia perintahkan dan menjauhi semua yang dia larang. Bahkan kewajiban amar makruf itu tetap ada meski orang tersebut tidak melaksanakan apa yang dia perintahkan. Demikian pula kewajiban nahi mungkar itu tetap ada meski orangnya masih mengerjakan apa yang dia larang. Hal ini dikarenakan orang tersebut memiliki dua kewajiban, pertama memerintah dan melarang diri sendiri, kedua memerintah dan melarang orang lain. Jika salah satu sudah ditinggalkan bagaimanakah mungkin hal itu menjadi alasan untuk meninggalkan yang kedua." [Al-Minhaj, 1/300]

Dan saya cukupkan tulisan ini dengan membawakan sebuah hadits dan sebuah ungkapan pengaduan Nabi Nuh 'alaihi salam kepada Allah Ta'ala atas perlakuan kaumnya..

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إن أبغض الكلام إلى الله أن يقول الرجل للرجل: اتق الله، فيقول: عليك بنفسك.”

"Kalimat yang paling Allah benci adalah apabila seseorang menasehati temannya, ’Bertaqwalah kepada Allah’, namun dia menjawab: ’Urus saja dirimu sendiri’." [HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman 1/359, an-Nasai dalam Amal al-Yaum wa al-Lailah 849, dan dishahihkan al-Albani dalam as-Shahihah, no. 2598]

Allah Ta'ala berfirman:

قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلًا وَنَهَارًا ( ) فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلَّا فِرَارًا ( ) وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا

Nuh berkata: "Ya Tuhanku Sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri." [QS. Nuh: 5-7]

——○●※●○——

Allahu a'lam..

Esha Ardhie
Jakarta, 22 Rabiul Akhir 1436


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." [HR. Muslim no. 1893]


Blognya Esha Ardhie Updated at: 20.19.00
Please Feel Free to Share