Sufyan Ats-Tsauri Dan Kegigihannya Menjauhi Kursi Pemerintahan (1)

Kapal Nelayan Fotografi, Kisah Imam Sufyan Ats-Tsauri

Sufyan Ats-Tsauri Dan Khalifah Abu Ja'far Al-Manshur

Telah dijelaskan sebelumnya tentang cobaan yang menimpa Abu Hanifah, bagaimana Khalifah Dinasti Abbasiyah Abu Ja'far Al-Manshur menekan Abu Hanifah agar mau menduduki jabatan hakim. Khalifah Al-Manshur menyiksa, menahan, dan mengancam Abu Hanifah. Meskipun demikian, sang imam menolak dengan tegas, sampai ia meninggal dunia di dalam penjara Al-Manshur..

Setelah Abu Hanifah meninggal dunia, Al-Manshur bertanya kepada para pembantunya perihal siapa yang layak menduduki jabatan itu. Tak pelak lagi, mereka menyebut nama Sufyan Ats-Tsauri. Menurut mereka, ia adalah penduduk bumi yang paling berilmu. Lantas Khalifah Al-Manshur mengirim orang untuk mencarinya. Berkali-kali, Sufyan bersikukuh menolak datang menghadapnya..

Abu Ja'far Al-Manshur semakin menekan Sufyan Ats-Tsauri, akan tetapi Sufyan bersikeras menolak menjabat posisi hakim, sampai-sampai ia harus melarikan diri dari Kufah menuju Makkah. Kemudian Al-Manshur mengirim anak buahnya ke berbagai penjuru wilayah untuk menyeru, "Barang siapa bisa mendatangkan Sufyan Ats-Tsauri, ia berhak atas hadiah 10 ribu Dirham.."

Mengetahui itu, Sufyan Ats-Tsauri terpaksa meninggalkan Makkah menuju Bashrah. Di tempat itu, ia bekerja menjaga kebun. Kita dapat membayangkan besarnya penderitaan psikis yang dialami sang imam. Betapa ia harus bersembunyi dari masyarakat, berpindah tempat tinggal dari satu tempat ke tempat lainnya..

Belum lama tinggal menetap di Bashrah, masyarakat mulai mengenali Ats-Tsauri. Mereka pun bersikap ramah kepadanya. Terpaksalah Ats-Tsauri meninggalkan Bashrah dan pergi menuju negeri Yaman..

Di negeri tersebut, ia mengalami cobaan yang sangat dahsyat dan parah. Orang-orang menuduhnya melakukan pencurian, ditambah lagi di negeri jauh itu ia tidak dikenal orang. Masyarakat lantas menyeretnya ke hadapan penguasa, yaitu Ma'in bin Za'idah yang dikenal sangat cerdas, berwibawa, dan berakhlak mulia. Ketika berdialog dengan Imam Ats-Tsauri, ia bertanya, "Siapa namamu?"

"Abdullah bin Abdurrahman (hamba Allah putra dari hamba Ar-Rahman)," jawab Sufyan..

"Aku menghimbaumu atas nama Allah untuk menyebutkan silsilah keturunanmu," ujar Ma'in..

"Aku Sufyan bin Sa'id bin Masruq," akhirnya Sufyan menjawab dengan jujur..

"Ats-Tsauri?" tanya Ma'in penuh selidik..

"Ya," jawab Sufyan..

Ma'in menimpali, "Engkau adalah target Amirul Mukminin.."

"Benar," tandas Sufyan Ats-Tsauri..

Sesaat, Ma'in tertunduk lalu berkata, "Tinggallah di sini sekehendakmu dan pergilah kapan saja engkau mau. Demi Allah, seandainya engkau bersembunyi di bawah kakiku, niscaya aku tidak akan mengangkatnya.."

Pelarian Ats-Tsauri di berbagai negeri terjadi di sepanjang masa pemerintahan Al-Manshur. Ia berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya; sekali waktu ke Iran, lalu ke Hijaz, kemudian ke Yaman, hingga akhirnya ia pergi ke Makkah untuk melaksanakan haji sekaligus menetap..

Khalifah Al-Manshur sendiri bermaksud melaksanakan ibadah haji di tahun yang sama, yaitu 158 H. Sejumlah informasi sampai kepadanya bahwa Ats-Tsauri berada di Makkah. Ia lantas mengirim pesan kepada gubernur Makkah agar mencari, menangkap, dan menyalib Ats-Tsauri. Tak ayal, mereka mulai menancapkan kayu, lalu mereka melakukan pencarian terhadap Ats-Tsauri untuk disalib..

Mengetahui hal tersebut, Sufyan Ats-Tsauri segera berjuntai ke tirai Ka'Bah, lalu bersumpah agar Allah tidak membiarkan Al-Manshur memasuki Makkah. Ia memanjatkan doa yang disertai sumpah. Benar saja, terjadilah karomah luar biasa bagi Ats-Tsauri. Dengan takdir Allah, Khalifah Al-Mansur menderita sakit sampai akhirnya meninggal dunia sebelum sempat mengunjungi Makkah. Hal tersebut menjadi salah satu karomah dan keberkahan bagi Ats-Tsauri..

Rahasia di balik penolakan Ats-Tsauri terhadap jabatan tersebut, serta pilihannya untuk menghindarinya dan menjadi pelarian ke berbagai negeri adalah karena ia tidak dapat menahan diri untuk membiarkan setiap kemungkaran yang dilihatnya..

Ats-Tsauri berkata mengenai dirinya, "Apabila aku menyaksikan suatu kemungkaran dan aku tidak melakukan apa-apa (mendiamkannya), niscaya aku mengeluarkan kencing darah saking mendalamnya kesedihanku.."

Ia menyadari bahwa dirinya akan menyaksikan berbagai kemungkaran dan ia tidak akan sanggup berkata-kata (melarangnya). Oleh karena itu, ia lebih memilih melarikan diri sambil dicekam rasa takut daripada harus mendiamkan kemungkaran dan kebatilan..

Baca Juga : Jangan Hinakan Dirimu Di Hadapan Orang Kaya

——○●※●○——

Sumber : Cobaan Para Ulama, 29 Kisah Ulama Besar dalam Menghadapi Ujian Dakwah (edisi terjemah) halaman 82-84. Judul Asli : ترويض المحن، دراسة تحليلية لأهم المحن التي مر بها كبار علماء الأمة. Penulis : Syaikh Syarif Abdul Aziz Az-Zuhairi. Penerjemah : Ganna Pryadharizal Anaedi. Penerbit : Pustaka Al-Kautsar, Cetakan ke-1 Tahun 2012

Ditulis ulang oleh : Esha Ardhie
Sabtu, 24 September 2016


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." [HR. Muslim no. 1893]


Blognya Esha Ardhie Updated at: 12.13.00
Please Feel Free to Share